BANDUNG, PASJABAR.COM — Debat perdana calon presiden dan wakil presiden Indonesia malam ini tentunya sangat dinantikan oleh warga Indonesia. Selain itu debat perdana ini akan menjadi pertarungan sengit dan juga pembuktian kedua tim sukses Capres dan Cawapres.
Hal tersebut diungkapkan oleh pengamat kebijakan publik yang juga pengajar Pasca Sarjana Universitas Pasundan (Unpas) Deden Ramdhan di kampus Pasca Sarjana Unpas, Jalan Sumatera 41, Bandung, Kamis (17/1/2019).
“Debat perdana ini akan menjadi H2C (harap-harap cemas.red) bagi warga Indonesia, karena warga ingin melihat capres dan cawapresnya memaparkan berbagai visi dan misinya. Debat ini menjadi persitiwa dan bagian dari proses demokrasi karena warga akan melihat kemampuan dua calon Capres dan cawapresnya,” papar Deden.
Deden menjelaskan, kontestasi untuk kedua Capres sebetulnya pengulangan di tahun 2014 yakni Jokowi dan Prabowo, ini menjadikan adanya preferensi yang dijadikan rujukan seperti apa tim Prabowo dan Jokowi dalam debat kali ini.
“Bagi tim sukses Prabowo mereka akan melakukan beberapa hal seperti spot analisis kekuatan Prabowo sebelah mana dan mengedepankan kosep Indonesia menang, sementara itu untuk cawapresnya Sandiaga Uno akan tetap mengedepankan dukungan dari kamu emak – emak dan milineial,” jelasnya.
Sementara itu untuk kubu timses capres Jokowi, timnya akan mengedepankan pengalaman Jokowi yang membuatnya bisa memimpin Indonesia dari yang awalnya bukan siapa – siapa. “Jadi tim Jokowi akan mengedepankan bahwa Jokowi bisa dari zero menjadi hero, dan lima tahun ini Jokowi sudah mnejadi hero nya dan ini menjadi kelebihan Jokowi untuk jam terbang Jokowi.
“Sementara Maruf Amin akan menjadi kekuatan Jokowi dalam hal menepis tudingan jika Jokowi tidak ramah dan tidak dekat dengan agama Islam disini Maaruf akan mengisis dan memuktikan bahwa pasangannya sudah membuktikan kedekatannya dengan agama Islam,” papar Deden.
Dalam tiga tema debat yang diberikan KPU yakni Korupsi, Ham dan Teroris ini dikatakan Deden kedua calon memiliki kelebihan dan kekuranganyannya masing -masing.
“Jadi dalam tema debat tersebut bisa menjadi juga kelemahan dua kubu dan akhirnya bisa membuat perubahan bagi pemilih Indonesia yang disebutkan survai 34 persen masih belum mementukan pilihan pemimpinnya,” papar Deden. (tie)