BANDUNG, PASJABAR.COM — Jatuh cinta pada dunia pendidikan sejak kecil, membuat Sri Mulyani S.Pd M.Pd tak bosan mengajar selama puluhan tahun.
Kepala SMK Pasundan 1 Cimahi ini pun terus berupaya mendedikasikan diri untuk memberi kontribusi aktif bagi perkembangan generasi muda medatang.
“Saya terinspirasi menjadi seorang guru, takala saat SMP saya melihat guru bahasa Indonesia saya yang mengajar dengan lembut dan menyenangkan. Dari sana pada akhirnya saya memutuskan untuk mengambil Sekolah Pendidikan Guru jurusan IPA dan Matematika,” terangnya.
Usai lulus dari SPG, Sri melanjutkan S1 di IKIP Bandung pada jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan mulai mengajar sejak tahun 1987 di beberapa sekolah.
“Adapun sejak tahun 2000 saya mengajar di SMK Pasundan 1 Cimahi, pada awalnya menjadi guru biasa, kemudian menjadi wakil kepala sekolah dan pada 11 Juni 2017 lalu, saya diangkat menjadi kepala sekolah,” terang lulusan S2 STKIP Pasundan Cimahi jurusan Ilmu Pendidikan Sosial angkatan 2009-2011 ini.
Dalam mengajar, Sri mengungkapkan bahwa ia memiliki prinsip “Mendidik dengan hati” dimana proses belajar mengajar bukan hanya memberikan pengetahuan intelektualitas saja, melainkan memahami siswa dari sisi psikologis, mengerti keinginan dan kondisi mereka
“Saya dikenal sebagai guru yang tegas, sekaligus dekat dengan siswa. Selama menjadi kepala sekolah saya juga memiliki satu jam khusus ke setiap kelas untuk memberikan wejangan, berbagi pengalaman dan juga mendengar keluhan anak, serta memberikan bimbingan. Hal ini adalah upaya saya untuk mendekatkan diri dengan siswa, agar lebih mengetahui keinginan dan harapan mereka, di sini juga mereka dapat lebih leluasa mengeluarkan keluhan mengenai guru ataupun sekolah,” ulasnya.
Menjadi kepala sekolah, bagi Sri adalah sebuah tantangan bagaimana ia bisa berperan dalam memajukan sekolah, meningkatkan kualitas lulusan, sukses dalam PPDB dan aspek lainnya. Disamping tentu, memberikan pelayanan yang terbaik bagi siswa.
“Mengajar bukan hanya mentrasferkan ilmu, namun juga membimbing mereka. Saya mengintruksikan kepada guru-guru di sekolah untuk memperlakukan anak seperti anak kandung sendiri, agar guru disekolah juga bisa menjadi orang tua mereka, sehingga merasa dilindungi jangan sampai anak merasa takut dan tidak nyaman,” terang perempuan kelahiran Sukabumi 20 April 1964.
Dengan memposisikan diri sebagai orang tua terhadap murid, maka akan memunculkan kedekatan antara siswa dengan guru, dan pada akhirnya akan melahirkan kondisi yang harmonis di lingkungan civitas sekolah baik guru, staf, siswa dan lainnya.
“Suka duka dalam mengajar tentu banyak sekali, bagi saya mengajar adalah ibadah. Mengajar membuat saya juga mengenal karakter siswa, juga membuat saya belajar bagaimana berproses menjadi guru yang lebih baik dari waktu ke waktu serta memberikan metode yang paling tepat untuk mereka,” ulasnya.
Sri menceritakan bahwa bisa tertawa, bertukar pikiran, bercerita bersama siswa dan dekat dengan mereka adalah sebuah kenikmatan dan kebahagiaan sebagai seorang guru.
“Kedepannya saya berharap, semoga dapat menjadi kepala sekolah yang dapat menghasilkan lulusan yang semakin berkompetensi dan sukses memasuki dunia usaha dan industri,” tandas pemilik motto Selalu mengerjakan sesuatu yang menjadi manfaat bagi orang lain ini. (Tan)