BANDUNG, PASJABAR.COM – Ternyata di Kota Bandung, belum semua rumah sakitnya memiliki bank darah.
Menurut data Palang Merah Indonesia (PMI), dari 33 RS yang terlah bekerjasama dengan mereka hanya 17 RS yang sudah punya bank darah, sisanya tidak punya.
“Meski demikian, kita tetap melayani semua RS di rumah sakit dengan baik,” ujar Kepala Unit Transfusi darah PMI Kota Bandung, Uke Muktimanah, Kamis (9/5/2019).
Uke mengatakan, untuk yang punya bank darah, pihaknya memberikan stok kepada rumah skait. Namun untuk yang belum punya, maka ada layanan delivery service.
“Makanya, sebaiknya RS memiliki bank darah, hal ini untuk mencegah tingginya kematian di RS karena kekurangan darah,” katanya.
Uke mengatakan, untuk pasien yang membutuhkan darah, bisa mendapatkan darah dengan membayar sebesar Rp360 ribu per labu. “Harga itu ditetapkan sejak 2014 dan belum naik sampai sekarang,” tambahnya.
Padahal, lanjut Uke, untuk mendapatkan satu buah labu membutuhkan biaya sekitar Rp430 ribu. Kenaikan ini, lantaran kenaikan dolar, dan barang habis pakai yang juga harganya selalu naik.
Namun, PMI belum menaikan harga darah, lantaran mendapatkan dana hibah dari Pemkot Bandung.
Selain harus membayar sejumlah uang, keluarga pasien juga dihimbau menyumbang dua labu darah untuk setiap satu labu darah yang digunakan.
“Hal ini dilakukan, sebagai salah satu cara untuk menanggulangi kekurangan darah,” tegasnya.
Ditanya mengenai jenis darah yang sulit didapatkan, Uke menyebutkan golongan darah A paling sulit diapat, namun paling sering dibutuhkan. (put)