BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Program studi Magister Manajemen Telkom University (MM Tel-U) mewujudkan program internasionalisasinya dengan mengadakan konferensi internasional Conference on Managing Digital Industry, Technology, and Entrepreneurship 2019 (CoMDITE 2019), 10-11 Juli 2019 di Kampus Program Studi Magister Manajemen Telkom University Jl Gegerkalong Hilir no 47.
Dalam siaran persnya kepada Pasjabar, Kamis (11/7/2019) disebutkan jika CoMDITE 2019 merupakan konferensi tahunan yang dilaksanakan oleh Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University (MM Tel-U) Indonesia bersama Fakultas Manajemen Multimedia University Malaysia.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University, Dodie Tricahyono, Ph.D mengemukakan “Konferensi ini akan dilaksanakan setiap tahun secara bergantian sebagai bentuk kolaborasi internasional dalam rangka mencapai target World Class University”.
Sementara itu, Siska Noviaristanti, Ph.D, Kaprodi MM Tel-U sekaligus Ketua Panitia mengemukakan, konferensi dibagi menjadi dua sesi utama yaitu sesi seminar diskusi panel dan sesi presentasi paralel.
“Untuk kali ini peserta sebagian besar berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Selain itu juga melibatkan pembicara dari tiga negara tersebut” terangnya.
Diskusi panel menghadirkan ahli dari kalangan akademisi dan industri yaitu Associate Professor Indrawati, Ph.D., dari Telkom University Indonesia, Professor Dr. Saravanan dari Multimedia University, Malaysia; Dr. Vichaya Mukdamanee dari Silpakorn University, Thailand; Dr. Rina D Pasaribu, M.Sc., CPM, Senior General Manager Telkom Corporate University dari Telkom Indonesia; Fauzan Feisal, MIB, CEO Digital Amoeba Program dari Telkom Indonesia; Dr. Ratri Wahyuningtyas, Wakil Dekan I Telkom University sebagai moderator diskusi panel sesi 2 dan Dr. Maya Ariyanti, Ketua Kelompok Keahlian ICT Based Management FEB Telkom University sebagai moderator diskusi panel sesi 2.
Ditambahkan SIska, konferensi ini merupakan wujud nyata engagement dalam rangka memberikan kontribusi nyata dari akademisi terhadap industry dan sebaliknya dengan mengetengahkan tema yang diusung adalah “Understanding Real Time Economy and Design for Business Sustainability”.
“Paper yang disampaikan dan dipublikasikan di CoMDITE 2019 ini diharapkan mampu memberikan solusi keberlangsungan bisnis melalui pemahaman ekonomi riil dan disain,” ujarnya.
Dikatakannya, dari sudut pandang akademisi ada tiga poin utama yang dapat disampaikan. Pertama, bagaimana menjawab tantangan Marketing 4.0? Indrawati, PhD pembicara dari MM Tel-U memaparkan perlu mengaplikasikan bauran pemasaran digital. Sebelumnya bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu Producr, Price, Pomotion, dan Place , untuk bauran pemasaran digital bergeser menjadi Co-Creation, Currency, Conversation, dan Communality (4C). Bagi perusaan start-up penting untuk menggunakan teknologi 4.0 untuk mendukung bisnis dan tentu saja perlu ditopang implementasi 4C sebagai bauran pemasaran digitalnya.
Kedua, tidak kalah menariknya, Prof Saravanan dari Multimedia University menyoroti peran institusi pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang familiar dengan soft skill digital dalam bidang keuangan dan akuntasi seperti blockchain, e-audit, big data, cryptocurrencies, audit di komputasi awan, konseling softbot, robotic dalam proses otomatisasi, transaksi peer-to-peer, dan aplikasi AI dalam perpajakan. Kemunculan Financial Technology merupakan bentuk disrupsi bagi tenaga kerja akuntasi dalam industri. Oleh Karena itu perlu ada 10 skill utama yang diperlukan bagi lulusan dan dimasukkan dalam kurikulum sehingga siap menghadapi Financial Technology era.
Ketiga, akademisi dalam bidang design, Dr. Vichaya Mukdamanee, Silparkorn University, mengemukakan perubahan teknologi juga berdampak dalam bidang design. Saat ini teknologi berfungsi dalam proses pengumpulan, transfer dan analisis data digital. Software computer dan mesin menjadi lebih terkini dan terjangkau menyebabkan seniman saat ini dapat menciptakan objek artifiaial dengan detail kompleks yang hanya bisa dibayangkan pada masalau. Saat ini tidak ada perbedaan pekerjaan seni yang dilakukan oleh tangan dan mesin. Kita dapat membuat objek artifisial seperti asli dengan teknologi yang terinsipirasi dari alam dan komunitas lokal. Seni dan teknologi merupakan salah satu cara untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Dari sudut pandang industri ada dua hal yang menarik dalam paparan diskusi panel yaitu memaparkan adaptasi Telkom Group dan Amoeba Telkom dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis sehingga bisa bertahan dalam industri. Pertama, Dr. Rina D Pasaribu, M.Sc., CPM memaparkan bagaimana membawa Telkom menjadi pemain digital secara global. Telkom Corporate University menjawab tantangan ini dengan mengembangkan SDM digital yang unggul atau Great Digital People yang terdiri dari kompetensi teknikal atau fungsipnal, profesional, dan kepemimpinan digital.
Kedua, Fauzan Feisal, MIB sebagai CEO Amoeba Telkom Group mengemukakan dalam menghadapi ancaman perubahan teknologi saat ini, korporasi memerlukan inovasi dalam bentuk demokratisasi pengambilan keputusan. Perubahan teknologi akan memberikan dampak terhadap perubahan perilaku masyarakat untuk kemudian berdampak terhadap perubahan ekonomi. (*)