BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM –– Albert Rudiana didaulat jadi pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang akan berlaga di Homeless World Cup (HWC) 2019 di Cardiff, Wales, 27 Juli hingga 3 Agustus 2019. Ia ternyata melakukan pengorbanan besar.
Harusnya, ia mengikuti kursus pelatihan lisensi A AFC tahun ini yang berlangsung mulai hari ini. Tapi, ia akhirnya mengurungkan mengikuti kursus demi bisa menjadi pelatih Timnas.
Ia merasa tanggung jawab yang diberikan padanya harus dijawab dengan totalitas. Apalagi, kesempatan menangani Timnas belum tentu datang dua kali.
“Saya enggak jadi ngambil lisensi A AFC karena berbenturan dengan Timnas untuk HWC ini. Sekarang lisensi saya B AFC,” ujar Albert, kemarin.
Ia pun berencana mengikuti kursus lisensi A AFC pada 2020 mendatang. Itu jadi solusi sekaligus risiko yang harus dijalaninya. Kini, ia pun fokus total menangani Timnas yang rencananya akan berangkat dari Indonesia pada 24 Juli mendatang.
Albert sendiri bukan orang baru di sepakbola Indonesia. Ia cukup lama berkecimpung menjadi staf pelatih di beberapa klub profesional, mulai dari Bandung FC (IPL 2010), Persiba Bantul, hingga Persis Solo. Di Persis, ia bahkan pernah didaulat jadi pelatih kepala.
Bukan cuma lisensi A AFC, ia juga mengorbankan beberapa tawaran dari klub sepakbola profesional di Indonesia. Meski dari segi finansial tawaran dari klub profesional jauh lebih besar, ia pun mengorbankannya.
“Banyak tim yang sudah minta saya gabung, tapi saya korbankan. Saya sekarang sudah di tim ini, langkah ini juga salah satu tanggung jawab saya sebagai pelatih. Enggak perlu lihat materi atau uang, kita harus tanggung jawab dengan pekerjaan,” tutur Albert.
Sebagai pelatih, Albert merasa tertantang mengarsiteki Timnas untuk bermain di HWC. Sebab, hal itu berbeda dengan melatih di klub sepakbola profesional. Di Timnas, ia punya peran ganda, yaitu melatih teknik pemain sekaligus mengubah mereka agar menjadi pribadi yang positif.
Sebab, para pemainnya adalah ODHA, mantan pecandu narkoba, serta beragam latar belakang lainnya. Yang paling unik, mayoritas pemainnya tidak punya skill sepakbola mumpuni. Bahkan, bisa diibaratkan ia benar-benar melatih mereka dari nol.
Tapi, ia tidak terbebani. Sebab, bukan target prestasi yang dikejar di ajang HWC meski seringkali Timnas Indonesia menuai hasil positif di ajang sepakbola mini internasional itu. Meski begitu, ia siap membuat pemainnya agar tampil mati-matian di sana.
“Untuk masalah prestasi, kita enggak terlalu memikirkan. Yang penting anak-anak kerja keras, semangat selama di sana,” tuturnya. (ors)