BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Luka di kandang Arema FC masih terngiang bagi skuat Persib Bandung hingga sekarang. Sebab, kekalahan yang diderita sangat besar, yaitu 1-5!
Seolah belum bisa melupakan hasil itu, pelatih Robert Rene Alberts pun kembali mengungkap luka yang diderita. Sebab, ada banyak masalah yang terjadi sebelum laga, terutama teror kelewat batas dari oknum suporter Arema.
baca juga : https://pasjabar.com/ancaman-mengerikan-barito-putera-untuk-persib/
baca juga : https://pasjabar.com/dihadang-barito-putera-menang-atau-menangis-lagi-sib/
“Kami melewatkan satu sesi latihan, kami tidak bisa tidur dan pertandingan nyaris dibatalkan. Polisi tidak memberikan proteksi ketika perjalanan. Jadi, banyak hal yang salah dan saya mengajukan protes (ke PSSI),” kata Robert di Stadion GBLA, Kota Bandung, Kamis (1/8/2019).
Beragam masalah itu menurutnya bukan alibi atau pembelaan atas kekalahan telak dari Arema. Tapi, semua orang harus melihat fakta di balik kekalahan itu.
“Bukan mencari alasan karena kami kalah, tapi itu (yang terjadi sebelum pertandingan) menjadi sumber masalah. Sehingga pemain tidak menampilkan yang terbaik,” ungkapnya.
Soal surat protesnya ke PSSI, Robert mengatakan jangan bertanya soal optimisme apakah akan ditanggapi atau tidak. Ia justru memberi sinyal pesimis. Sebab, ia cukup sering protes dan mengkritik PSSI, tapi tak ada respon positif.
“Saya belum pernah direspon oleh PSSI sejak beberapa tahun berada di sini,” sesalnya.
Meski begitu, ia mengatakan protes dan kritik perlu diberikan pada PSSI. Sebab, ia ingin sepakbola Indonesia mengalami perbaikan dalam beragam aspek.
“Saya pikir penting bagi orang-orang untuk tetap mengingatkan PSS- bahwa sepakbola di sini butuh perbaikan dan mereka adalah pemimpin sepakbola di negara ini,” jelasnya.
“Jika ingin hasil yang berbeda, maka sudah sepantasnya mereka berubah, harus mengubah banyak hal. Dan apa yang dialami Persib di Malang, itu belum pernah terjadi di tim lain,” tutur Robert.
Karena beragam hal negatif saat Persib berada di Malang tak direspon, ia justru khawatir tak ada perbaikan di sepakbola Indonesia. Bahkan, kasus-kasus serupa dikhawatirkan menimpa tim lain dan terjadi di tempat lain.
“Saya takut jika semua tidak ada yang berubah akan ada kasus lain terjadi di sepakbola Indonesia. Karena tidak ada yang mengambil tindakan terkait insiden (teror kepada Persib di Malang) itu,” ungkap Robert.
Proteksi terhadap tim tamu menurutnya harus dijamin. Sebab, jika hal buruk dialami tim tamu, itu akan jadi preseden buruk bagi sepakbola Indonesia.
“Kami kalah tanpa ada yang peduli (penyebabnya). Saya takut jika tidak ada yang mau berubah untuk sepakbola Indonesia dan keselamatan bagi pemain maupun suporter. Saya tidak mau mendengar ada berita buruk terkait sepakbola Indonesia,” tandas Robert. (ors)