BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Program Studi Pascasarjana Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran dan Asosiasi Antropologi lndonesia (AAI) Pengurus Daerah Jawa Barat bekerja sama dengan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengadakan kegiatan Seminar dan FGD tentang “Inisiatif dan Perencanaan Pendirian Museum Kedaulatan Pangan Jawa Barat pada tanggal 3-4 Desember 20l9, di Kampus Pascasarjana FISIP Universitas Padjadjaran, Jalan Bukit Dago Utara No. 25, Bandung.
Pengurus Program Studi Antropologi, FISIP UNPAD Budi Rajab mengungkapkan bahwa acara ini diadakan dilatarbelakangi bahwa kedaulatan pangan merupakan isu penting dalam sejarah penghidupan umat manusia.
Budaya Sunda memiliki berbagai macam koleksi material, praktik, dan kearifan lokal yang melimpah terkait urusan penyediaan pangan dan Jawa Barat merupakan wilayah yang sangat penting untuk kedaulatan pangan tersebut.
“Dalam upaya pelestarian dan keberlanjutan budaya dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan perlu dilakukan, antara lain melalui inisiatif perencanaan pendirian museum kedaulatan pangan,” terang Budi Rajab dalam jumpa pers pada Jumat (29/11/2019) di Common Room Antropologi, FISIP-UNPAD.
Budi melanjutkan bahwa Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 66 Tahun 2015 bahwa Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.
“Pengertian museum di sini meliputi museum in-situ, yaitu museum dalam arti natural di tempat asal, dan ex-situ. museum buatan. Dalam hal ini Museum Kedaulatan Pangan dapat mengkombinasikan keduanya yang mencakup proses produksi, distribusi, dan konsumsi pangan,” jelasnya.
Adapun inisiatif perencanaan dan pendirian Museum Kedaulatan Pangan Sunda ini diharapkan tidak sekadar menambah diversifikasi permuseuman di Indonesia. Dipilihnya museum dengan tema kedaulatan pangan bertolak dari argumentasi bahwa ketersediaan pangan, kecukupan gizi, dan ketercapaian tumbuh kembang yang optimal merupakan isu krusial sebagian besar penduduk Indonesia.
“Pendirian Museum Kedaulatan Pangan ditujukan untuk memberikan layanan pendidikan, kepentingan sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, dan pariwisata, terkait dengan kedaulatan pangan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Antropologi Indonesia Pengda Jawa Barat, Inang Winarso mengungkapkan bahwa kegiatan ini adalah upaya mengimplentasikan startegi kebudayaan yakni agar kekayaan hayati asli bisa diminati oleh genarasi selanjutnya meski dalam bentuk dimuseumkan, dan akan lebih baik lagi jika dapat dibudidayakan oleh petani nelayan.
“Dengan adanya museum ini, masyarakat akan mengetahui bahwa kita perlu berbangga dimana Jawa Barat pernah menjadi lumbung pangan, dan kita mengetahui bahwa kita memiliki potensi menjadi lumbung pangan asalkan lahan tidak dialihfungsikan,” jelas Inang.
Adapun untuk acara seminar yang akan berlangsung, akan dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Adapan sebagai pembicara yakni Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Museum, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Drs. A. Sobana Hardjasaputra (Sejarawan), Dr. Hawe Setiawan (Akademisi UNPAS), Dr. H. Dedi Taufik Kurohman, M.Si. (Kadisbudpar Prov. Jawa Barat), dan Jumhari, S.S., M.Hum (Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat).
Untuk peserta kegiatan melibatkan perwakilan instansi pemerintah, LSM, Akademisi, Masyarakat Adat serta peminat permuseuman dan kedaulatan pangan.
“Kegiatan ini sebagai tahap awal dari rencana pendirian Museum Kedaulatan Pangan dengan tujuan mendapatkan masukan dari berbagai pihak terkait rencana pendirian museum dan menghasilkan naskah akademik guna memperkuat landasan konseptual sebagai rencana aksi tindaklanjut pendirian Museum Kedaulatan Pangan Orang Sunda,”pungkasnya. (Tan)