BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Berbagai imbauan disampaikan pemerintah untuk mencegah terjangkitnya virus corona. Salah satunya adalah tidak bersalaman alias berjabat tangan.
Sebab, berjabat tangan bisa jadi salah satu potensi penularan virus corona alias COVID-19. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun sempat menyosialisasikan agar warga kini menggunakan gestur salam orang Sunda sebagai pengganti berjabat tangan.
Intinya, bersalaman tetap dilakukan tapi tidak melakukan sentuhan. Gestur seperti itu menurutnya tak mengurangi bentuk hormat pada orang lain. Yang harus lebih diperhatikan adalah esensi di balik gestur salam khas Sunda itu untuk mencegah penularan penyakit.
Pembina sekaligus Pendiri Ponpes Daarut Tauhiid Bandung KH Abdulah Gymnastiar memberi penjelasan seputar salam. Menurutnya, salam adalah sebagai bentuk doa dan sunnah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Tapi, bagaimana dengan berjabat tangan?
“Hukum mengucapkan salam adalah wajib, berjabat tangan adalah tambahan kebaikan,” ujar Aa Gym melalui unggahan video di akun Instagram @aagym.
Imbauan pemerintah untuk tidak berjabat tangan pun diamini sebagai sebuah kebaikan dan langkah antisipatif. Sehingga, hal itu disarankan untuk diikuti.
“Hukum menjawab salam adalah wajib, berjabatan tangan adalah tambahan kebaikan. Namun dalam situasi saat ini, ternyata berjabatan tangan bisa menjadi jalan penularalan,” ungkapnya.
“Dalam Islam, menjauhi penyebab keburukan lebih diutamakan daripada yang mendatangkan kemanfaatan,” jelas Aa Gym.
Khusus bagi umat muslim, ia menyarankan saat ini cukup mengucapkan salam saja, tapi tidak berjabat tangan. “Oleh karena itu, mari kita cukupkan mengucapkan salam tanpa berjabatan tangan,” ucapnya.
“Allah Maha Tahu niat dan menyaksikan amal kita. Semoga ini menjadi kebaikan bagi kita semua,” pungkas Aa Gym.
Sementara itu, Ponpes Daarut Tauhiid sendiri sudah diliburkan dalam 14 hari ke depan. Para santri sudah pulang ke rumah masing-masing. Kegiatan yang bersifat pengumpulan massa pun ditiadakan untuk sementara. (ors)