BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berencana menyulap Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menjadi rumah sakit khusus untuk penanganan pasien yang terjangkit virus corona atau COVID-19. Tujuannya agar penanganan pasien COVID-19 di Jawa Barat bisa lebih fokus dan terpusat.
Menanggapi hal itu, Dirut RSHS Nina Susana Dewi mengatakan harus menyikapinya dengan bijak. Tapi, diakuinya wacana itu memang sudah muncul beberapa pekan lalu saat digelar rapat koordinasi bersama Emil dan berbagai pihak di RSHS.
“Kami direksi RSHS, memang telah membahas dengan bapak Gubernur saat pertemuan tentang rencana ini. Hal ini timbul karena kita tahu bahwa kasus COVID-19 ini terus meningkat, kemudian angka kematian juga terus meningkat,” ujar Nina, Kamis (19/3/2020).
Di Indonesia, angka kematian pasien COVID-19 bahkan kini sudah 3 persen. Ini termasuk angka yang cukup besar. Di luar itu, ada masalah lain yang seolah akan menjadi femomena gunung es.
“Masalahnya adalah sekarang sebagian besar gejalanya memang ringan kelihatannya. Ini yang banyak tidak disadari oleh penderita. Ini yang menyebabkan kita harus membuat perencanaan-perencanaan. Jadi, dengan meningkatnya terus kasus tersebut kita harus punya kira-kira tindak lanjut apa yang akan dilakukan,” ungkap Nina.
Jika RSHS dijadikan rumah sakit khusus rujukan untuk pasien COVID-19, ada berbagai langkah yang perlu disiapkan. Tapi, saat ini RSHS sudah mempunya beberapa skenario jika memang sewaktu-waktu pasien COVID-19 meningkat pesar.
Skenario pertama, jika pasien 1-29 orang, seluruh ruangan di lantai satu di Gedung Kemuning akan dijadikan ruangan untuk merawat pasien COVID-19. Konsekuensinya, pasien di luar penyakit COVID-19 akan dipindahkan ke tempat lain.
Jika jumlah pasien 30-350, seluruh lantai dan ruangan di Gedung Kemuning akan dijadikan ruang perawatan pasien COVID-19. “Bed (tempat tidur di Gedung Kemuning) ada 252. Jadi, seandainya pasien memang terus meningkat dan lebih dari 30 kami rencananya memang akan mengalihkan fungsi ruang rawat dari kemuning itu yang lima lantai lain untuk COVID juga,” jelas Nina.
Skenario itu bisa saja dilakukan. Tapi, perlu dukungan dari berbagai pihak, mulai dari elemen pemerintah pusat hingg daerah. Sebab, perlu anggaran serta sarana dan prasarana memadai untuk menjadikan RSHS sebagai rumah sakit rujukan dan menggunakan seluruh Gedung Kemuning sebagai tempat perawatannya.
“Pelayanan dalam wabah pun tetap harus sesuai mutu dan standar, dan kami mau pelayanan rshs tetap tujuannya adalah untuk keselamatan pasien dan kami juga ingin karyawan kami tetap terlindungi , tidak tertular oleh infeksi tersebut. Jadi, semuanya aman selamat. Kalau petugasnya tidak sehat bagaimana kami melayani,” tuturnya.
Sementara jika ternyata jumlah pasien COVID-19 lebih dari 300 orang, menurutnya perlu perencanaan lebih lanjut. Apalagi jika ingin menjadikan ruangan di gedung lain di RSHS menjadi ruang perawatan pasien COVID-19.
“Itu rencana yang kami bahas rencana dengan bapak Gubernur dan kita semua berdoa semoga wabah ini segera selesai, tidak terjadi hal terburuk,” ungkapnya.
“Itu yang bisa saya sampaikan. Jadi, butuh pengertian dari semua, butuh dukungan dari semua agar Jabar ini bisa melewati masa-masa rumit ini dengan penanggulangan yang kita lakukan bersama,” pungkas Nina. (ors)