BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Zakat fitrah diwajibkan bagi umat muslim yang berkecukupan. Biasanya, pelaksanaannya dilakukan menjelang berakhirnya Ramadan.
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan, selain kewajiban, zakat juga digunakan untuk menyucikan jiwa bagi umat muslim yang berpuasa selama di bulan suci Ramadan.
“Zakat fitrah diwajibkan untuk kepentingan konsumtif untuk kepentingan mensucikan jiwa bagi orang yang berpuasa, tuh rotanlil soim, dan juga to’matan lil masakin, memberi makan bagi orang yang miskin,” jelas Asrorun dalam rilis yang diterima WWW.PASJABAR.COM, Senin (18/5/2020).
Soal pelaksanaannya, zakat fitrah sebenarnya tidak terikat waktu alias fleksibel. Pelaksanaannya bisa dilakukan kapan saya, mulai awal Ramadhan sampai menjelang salat Idul Fitri.
Akan tetapi, dalam kondisi di tengah pandemi COVID-19, Asrorun mengimbau umat muslim dapat segera melaksanakannya sesegera mungkin tanpa harus menunggu malam Idul Fitri tiba. Tujuannya agar tidak terjadi penumpukan orang. Sehingga anjuran protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 dengan menjaga jarak aman dapat tetap diterapkan.
“Untuk kepentingan itulah, kami menghimbau kepada masyarakat muslim untuk segera menunaikan zakat fitrah, tanpa harus menunggu malam Idul Fitri tiba,” ucapnya.
“Ini setidaknya memiliki dua hikmah, yang pertama, agar manfaat zakat bisa segera diterima mustahik yang membutuhkan, dan yang kedua agar tidak terjadi penumpukan orang dan barang di satu waktu, sehingga potensial terjadinya penularan,” jelas Asrorun.
Asrorun juga menghimbau kepada para amil zakat, lembaga amil zakat, dan badan amil zakat proaktif dalam menyosialisasikan teknik kewajiban membayar zakat dengan senantiasa mempertimbangkan, dan juga memperhatikan protokol kesehatan. Ia pun meminta agar seluruh amil juga memfasilitasi cara pembayaran berbasis digital, serta meminimalisir interaksi secara fisik.
Dengan cara ini, pembayaran zakat tidak harus bertemu secara fisik. Hal itu juga tidak melanggar aturan zakat. Sebab, di dalam keterangan fiqih, menunaikan zaakat tidak harus ada ijab qobul secara fisik bertemu.
Di samping itu, Asrorun juga meminta amil agar kreatif, melakukan diagnosis-diagnosis atas kebutuhan riil yang dihadapi mustahik atau penerima zakat. Harapannya, harta zakat yang diberikan kepada mustahik dapat menjadi solusi yang substantif atas masalah yang dihadapi.
“Bisa untuk mengatasi masalah kesehatannya, jika mustahik atau penerima zakat sedang terbaring sakit, baik terkena COVID, maupun sakit yang lain, masalah kebutuhan pokoknya, dan juga masalah ekonominya,” terang Asrorun.
“Kebutuhan penanggulangan wabah COVID dan dampaknya yang jika tidak mungkin dipenuhi melalui harta zakat, masih bisa memperolehnya melalui instrumen keagamaan yang lain, seperti infaq shodaqoh, dan juga sumbangan hal lainnya,” pungkasnya. (ors)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…