HEADLINE

Rentan Jadi Klaster Fagi Minta Disdik Jabar Tak Paksa Buka Sekolah Januari

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COMForum Aksi Guru Indonesai (FAGI) meminta Pemerintah dan Pemerintah Daerah menunda Rencana Pembelajaran Tatap  Muka (PTM) pada Januari 2021.

Ketua FAGI, Iwan Hermawan menegaskan alasan tidak dibukanya PTM pertama, pademi Covid 19 masih tinggi sehingga bisa terjadi penularan diantara siswa dengan sisiwa, sisiwa dengan guru dan guru dengan guru.

“Sehingga bisa menimbulkan klaster sekolah yang dibawa dari klaster keluarga. Para peserta didik yang berusia remaja dan anak-anak dianggap rentan tertular, Covid-19 apabila PTM digelar. Bisa terjadi risiko penularannya saat ruang belajar saat diramaikan peserta didik. kesehatan mereka lebih penting dibanding urgensi menjalani kegiatan belajar mengajar di sekolah,” tegas Iwan, dalam siaran persnya kepada Pasjabar, Selasa (22/12/2020).

Disebutkan Iwan jika, saat ini hampir Setengah  dari guru-guru berusia 50 tahun keatas sangat rentan terhadap penularan Covid-19.

“Apalagi ada yang sudah memiliki penyakit bawaan, namun karena rasa tanggung jawab dan kepatuhan terhadap pimpinan maka guru-guru tersebut akan memaksakan hadir ke sekolah walau  Covid-19 mengancam jiwanya. Guru ingin menyelesaikan tugas mengajarnya sampai pensiun dan menikmati masa pensiunnya dengan bahagia,” paparnya.

Selain itu guru akan lebih repot ketika pelaksanaan, pasalanya guru harus menyiapkan media pembelajaran PTM dan PJJ apalagi ada beban dalam satu kelas  dibagi 2 sehingga harus mengajar 2 kali dalam satu kelasdalm sehari.

“Berdasarkan hasil penelitian Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia  yang melibatkan sekitar 15 ribu siswa di Indonesia ini menemukan, kondisi psikologis siswa yang mengikuti PJJ justru lebih baik dibandingkan mereka yang mengikuti pembelajaran secara tatap muka maupun campuran antara PJJ dan PTM. PJJ juga ditemukan tidak menimbulkan stres yang lebih tinggi daripada metode pembelajaran lainnya,” keluh Iwan.

Guru SMAN 9 ini menyebutkan, jika kegagalan PJJ selama ini karena sebagian besar guru dan orang tua kurang memahami regulasi PJJ yang telah di keluarkan oleh Kemendikbud, berdasarkan Surat Edaran Sesjen kemendikbud No 15 tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Dalam regulasi tersebut  Pelaksanaan Kegiatan Belajar dan Mengajar sangat di sederhanakan materi pelajaran di reduksi sebagian  cukup yang esensinya saja yang di berikan siswa,  termasuk Evaluasi pembejalarannya, proses belajaran tidak hanya daring guru boleh memilih pake daring atau luring seperti dengan mengunakan Washapp  atau Modul pembelaran, dalam regulasi tersebut  termuat pedoman PJJ bagi manajemen sekolah, guru,siswa dan orang tua.

“Namun sayang hasil pengamatan FAGI hanya sebagian kecil guru dan orang tua yang sudah membaca regulasi tersebut. Sehingga pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa, Penilaian kinerja guru dan penilian kinerja kepala  sekolah masih menggunakan instrumen masa normal akibatnya walau saat pandemi  guru memaksakan melaksanakan KBM, dan Evaluasi Pembelajaran seperti masa  normal  karena tuntutan administratif atasannya,” jelasnya.

Selain itu, pengalaman pemerintah dan pemerintah daerah sebetulnya sudah lama dilakukan , sejak  dulu PJJ sudah dilakukan dalan pelaksanaan SD,SMP dan SMA terbuka , termasuk Universitas terbuka, modul sudah di siapkan sejak dulu, kenapa tidak mengadopsi PJJ sekolah dan Universitas terbuka tersebut.

Ia mengatakan jika FAGI setuju dengan pernytaaan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, jika pemerintah pusat dan daerah disarankan dapat melakukan beberapa hal. Seperti, meningkatkan kapasitas dan keterampilan guru dalam hal pengelolaan kelas dan penyampaian materi belajar yang sesuai dengan konsep PJJ, guru diharapkan lebih percaya diri dalam memberikan materi saat PJJ.

“Guru juga disarankan untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam memberikan dukungan psikososial pada siswa. Pemberian keterampilan dukungan psikologis awal (DPA) adalah salah satu alternatif kegiatan yang dapat diberikan pada guru,” ungkapnya.

FAGI juga menyerankan jika perlu adanya bantuan pada orang tua atau pendamping belajar selama PJJ agar lebih mudah memahami proses belajar yang sedang dijalani anak. Salah satunya dengan menyiapkan modul-modul belajar untuk pengayaan bagi pendamping belajar anak atau orang tua.

“Kehilangan Ilmu Pengetahuan  sementara bisa di ganti di kemudian hari ,tapi kehilangan nyawa anak dan guru tidak akan bisa terhgantikan,” katanya. (tie)

 

Yatti Chahyati

Recent Posts

Sustainability Bond bank bjb Oversubscribed Hingga 4,66 Kali

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…

1 jam ago

Sengit! Persib Kandaskan Borneo FC Lewat Gol Ciro Alves

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…

2 jam ago

Cucun Syamsurijal Laporkan Anggota DPRD Kab. Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…

3 jam ago

Cucun Syamsurijal: Pilkada Ibarat Sepak Bola

KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…

4 jam ago

Peluang Emil Audero di Timnas Indonesia Kata Erick Thohir

WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…

5 jam ago

Insting Shin Tae-yong Terbukti di Laga Kontra Arab

WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…

6 jam ago