BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Enam siswa SMKN 1 Sumedang berinovasi menciptakan lampu hemat energi yang diberi nama Nesas LED Lamp. Produk mereka bahkan sudah menembus hingga Kalimantan.
Produksi lampu ini dilakukan mereka yang tergabung dalam program Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW). Gagasan membuat lampu hemat energi ini berawal dari melihat kebutuhan masyarakat akan lampu.
Sebab, lampu pasti digunakan setiap hari oleh masyarakat. Sehingga, pangsa pasarnya sangat terbuka meski saat ini sudah banyak brand lampu LED yang berebut konsumen.
Berlangsung sejak beberapa bulan lalu, kegiatan produksi lampu hemat energi ini jadi bukti bahwa inovasi siswa tak berhenti meski di tengah pandemi. Bahkan, mereka bisa menghasilkan uang dari inovasinya.
Semua proses pembuatan lampu dikerjakan oleh enam siswa. Mereka bahu-membahu untuk bisa menghasilkan produk berkualitas agar diterima pasar.
“Di sini kami membuat lampu LED, mulai dari pertama menyiapkan produk, dilanutkan proses merakit, penyolderan, perekatan, dan pemberian kabel,” kata Adang Maulana (17), salah seorang siswa.
Adang dan lima temannya saling membagi peran masing-masing. Sehingga, proses produksi berjalan lebih mudah karena setiap personal punya tanggung jawab masing-masing. Bahkan, untuk membuat satu lampu hanya dibutuhkan waktu rata-rata sekitar tujuh menit saja.
Untuk proses pemasaran, mereka melakukannya pada orang-orang dekat. Namun, mereka juga melakukan pemasaran dan promosi daring. Hasilnya, produk mereka bisa menembus hingga luar Pulau Jawa.
“Pemasaran kami menggunakan online dan menawarkan kepada teman-teman. Paling jauh ke Kalimantan pas awal pemasaran, sampai 50 pieces,” jelas Adang.
Nesas LED Lamp sendiri memiliki beberapa varian daya dengan harga berbeda. Lampu berdaya 5 watt dihargai Rp12 ribu, 9 watt Rp15 ribu, 12 watt Rp18 ribu, dan 15 watt Rp20 ribu. Harga ini cukup terjangkau dan bisa bersaing dengan produk lampu sejenis di pasaran.
Disdik Siap Dorong Pemasaran
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi mengapresiasi inovasi dan kreativitas para siswa SMKN 1 Sumedang itu. Ia bahkan siap mendorong proses pemasaran agar produk tersebut semakin banyak dibeli masyarakat.
Apalagi, produk mereka sejauh ini juga laris hingga menembus Kalimantan. Ini jadi nilai lebih yang bisa ‘dijual’ kepada konsumen.
Ia pun berharap produk tersebut bisa digunakan desa-desa di Jawa Barat yang belum memiliki penerangan. Sejauh ini, ada sekitar 16 ribu rumah di pedesaan yang belum dilengkapi penerangan.
“Dengan mereka mencipta lampu LED, ini merupakan bukti bahwa ciptaan mereka layak dan laku di pasaran. Ini tentu kita dorong ke depannya bagaimana siswa SMK ini bisa berkolaborasi dengan 5.320 desa dalam menyelesaikan kampung-kampung di desa yang masih redup, yang belum ada listrik,” tutur Dedi.
Di saat yang sama, Disdik juga akan mendorong sekolah-sekolah lain di Jawa Barat yang jadi kewenangannya untuk terus berinovasi. Sehingga, sekolah bisa jadi tempat para siswa berwirausaha.
“Tentunya ini bagian dari yang kita terus dorong. Karena salah satu program atau kurikulum yang ada di SMK, yaitu bagaimana SMK-SMK ini harus mampu mencipta (produk),” tandas Dedi. (ors)