BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Dapat mengembangkan dan mengasah diri, agar ketika lulus bisa menjadi seorang sarjana yang berguna untuk orang lain terutama orang-orang di sekitar, adalah harapan dari Attika Hilma Kusumawati, atau yang biasa dipanggil Tika.
“Ibu saya memberi nama untuk saya, Attika Hilma Kusumawati dengan harapan saya bisa tumbuh menjadi seorang wanita yang tangguh,” terangnya yang lahir di Ciamis, 8 Mei 1999.
Semangat membangun diri itu juga yang membuat Tika selalu mengisi waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Mahasiswi Semester V, jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum (FH) Universitas Pasundan ini pun tengah aktif berorganisasi di care taker FH Unpas sebagai sekretaris bidang 3 bagian humas.
Selain itu, Tika juga masuk ke dalam kepanitiaan program kerja utama Lisma dan kepanitiaan serangkaian penerimaan anggota baru (PAB) Lisma.
“Pencapaian saya selama ini, saya dapat bergabung dengan tim dari Lisma untuk membuat perlombaan seni Pasanggiri seni sunda se jawa barat,” terangnya pemilik tinggi 153 CM.
Tika juga berhasil memiliki pencapaian nilai akademik yang memuaskan, pada semester IV lalu IPKnya sebesar 3,85.
Tentang IPK, Tika bercerita bahwa setelah lulus SMA, ia tidak memiliki tujuan kemana ia akan berkuliah.
“Saya hanya mencari jurusan yang tidak ada hitungannya karena saya tidak suka hitungan padahal saat SMA saya masuk jurusan IPA. Awalnya saya memilih jurusan psikologi namun saya gagal di semua jalan baik SNM, SBM, Ujian Mandiri bahkan ujian masuk universitas swasta,” urainya.
Saat teman-temannya sudah mulai mempersiapkan ospek, sambungnya ia masih sibuk mencari kampus yang pada akhirnya diberi jalan masuk FH Unpas jalur PMDK.
“Tidak pernah ada niatan sebelumnya untuk mendapat nilai yang bagus, sebelumnya saya berpikiran walaupun nilai pas-pasan asal lulus mata kuliah itu saja udah alhamdulillah karena saat saya SMA nilai saya sangat hancur itu disebabkan saya masuk jurusan IPA bukan atas minat saya sendiri, bahkan saking hancurnya nilai saya, teman teman saya rela membantu mengerjakan tugas dan mengajarkan banyak materi untuk saya,” ungkapnya.
Tika tidak pernah menyanhka di FH Unpas ia bisa mendapat nilai yang memuaskan bahkan sempat beberapa kali masuk ke dalam 10 besar IPK tertinggi seangkatan.
“Dari sinilah saya menyadari bahwa jalan saya masuk FH Unpas itu sudah benar karena ini passion saya maka dari itu jangan berhenti karena masa lalu yang buruk karena masih ada waktu untuk bisa memperbaiki itu semua. Namun, perlu diingat juga IPK bukan patokan utama yang terpenting kita memahami materinya. Jangan mengejar nilai yang tinggi namun tidak bisa mempertanggungjawabkannya,” tandasnya.
Adapun untuk hobi, Tika bercerita bahwa ia senang dengan travelling, dan terakhir ia melakukan hiking ke gunung sumbing yang memiliki ketinggian 3371 MDPL.
“Saya suka dengan alam. Alam menurut saya tempat terbaik untuk menenangkan diri,” terang pemfavorit warna biru muda karena menandakan ketenangan.
Penyuka buah kelengkeng ini juga berkata bahwa ia hobi menari dan saat ini ia juga menjadi seorang penari tradisional.
“Saya suka mengekspresikan diri dengan gerakan dan memilih tarian tradisional karena merupakan budaya kita sendiri dan menurut saya tari tradisional itu lebih unik, menarik, punya ciri khas sendiri dan menantang untuk terus dipelajari,” terangnya yang dipercaya menjadi kepala bidang tari Semahu (Seniman Mahasiswa Hukum Unpas) periode 2019-2020.
Ke depan, Tika juga ingin menjadi seorang notaris. Selain karena notaris itu identik dengan seorang wanita, terang Tika ia pun ingin menjadi notaris karena dapat membantu usaha orang lain dan kantornya bisa didirikan dirumah sendiri.
“Adapun tokoh idola saya adalah Najwa Shihab. Saya sangat kagum dengan beliau karena beliau sosok wanita tangguh dengan wawasan yang luas dengan cara bicara yang tegas. Keberaniannya dalam membuka suara terhadap pemerintah pun menjadi alasan saya kagum terhadap beliau,” jelasnya.
Selain Najwa Shihab yang menjadi inspirasinya, Tika mengungkapkan bahwa ia juga mengagumi ibunya sendiri.
“Sejak kecil saya tinggal bersama ibu dan saya tau betul perjuangan beliau mendidik dan membesarkan saya seperti apa. Ibu saya adalah wanita mandiri yang keras kepala, pekerja keras, dan selalu ingin membuat anak anaknya bahagia,” terang sulung dari tiga bersaudara.
Sementara itu, tentang makna hidup, Tika selalu menganalogikan menjalani hidup seperti saat dirinya sedang hiking. Terus berjalan apapun rintangannya, menghadapinya dan jangan pernah menyerah, saling membantu, bermanfaat bagi orang lain, saling melindungi karena setelah itu ia akan menemukan puncak yang menjadi bayaran dari usaha dan perjuangannya.
“Hal yang membuat saya bersemangat untuk menjalani hidup ini karena ibu dan adik adik saya. Mereka orang-orang berharga yang patut saya utamakan kebahagiaannya. Ibu saya yang jelas saya tau perjuangannya menyekolahkan anak anaknya juga memberi tanggung jawab kepada saya secara tidak langsung untuk menjadi orang berpendidikan yang berguna. Adik-adik saya yang harus saya bahagiakan jangan sampai pahit yang saya rasakan dirasa juga oleh adik saya,” paparnya.
Selain itu, Tika juga selalu memegang motto, selagi masih ada waktu teruslah memperbaiki diri serusak apapun masa lalu karena meratapi masa lalu bukan solusi. (Tan)