BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produk domestik bruto (PDB) pada Kuartal II tahun 2020 minus hingga 5,32 persen.
Semua sektor dilaporkan rata-rata mengalami pertumbuhan minus, kecuali pertanian, infokom dan pengadaan air. Sektor pertanian bahkan mencatatkan pertumbuhan positif hingga 16,24 persen.
Kontribusi pertanian, kehutanan, perikanan juga mencatatkan pertumbuhan PDB positif terbesar kedua, yakni 14,68 persen.
Hanya di bawah industri pengolahan, yang berkontribusi 19,86 persen, meski pertumbuhannya terkontraksi 4,31 persen year-on-year (yoy).
Hal itu menunjukkan pertanian sebagai sektor yang relatif mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kuartal II tahun 2020.
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Bustanul Arifin menyatakan potensi terjadinya kelangkaan pupuk pada tahun 2021 masih cukup besar, yang disebabkan perbedaan signifikan antara kebutuhan dengan alokasi.
“Untuk itu, teknologi pupuk batubara bisa menjadi solusi atas kekurangan pasokan pupuk, selain dua jenis pupuk yang sudah dikenal yakni kimia dan organik,” terangnya dikutip dari antaranews, Senin (15/2/2021).
Pupuk karbon dengan bahan baku batubara akan diproduksi di Klaten, Jawa Tengah, yang disebut sebagai penemuan inovatif terbaru karya anak bangsa bidang pertanian.
Hal itu dibuktikan melalui US Patent/Paten Amerika sebagai penemuan baru di bidang pertanian pada tahun 2020 kepada H.Umar Hasan Saputra dan menjadikannya orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang mendapatkan US Patent sebagai pemilik, penemu serta pengguna dari produk pupuk batubara.
Batubara sebenarnya merupakan fosil tanaman yang telah mati ribuan tahun lamanya dan masih menyimpan kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan dengan proses aktivasi yang ditemukan oleh pemilik paten. Maka unsur hara tersebut dapat lepas dari ikatan karbon untuk dikembalikan ke dalam tanah.
Dari hasil percobaan selama 1 tahun terakhir, pupuk batubara telah terbukti dapat meningkatkan hasil panen.
Sebagai contoh misal pada tanaman padi dapat meningkatkan produksi sebesar 23,5 persen, meningkatkan pendapatan bersih Rp 5,5 juta per 1,35 hektar dibandingkan budidaya tanpa menggunakan pupuk batubara.
Meskipun ada kekurangan supply yang begitu besar, jumlah pemain di industri pupuk tidak bertambah secara signifikan karena terkendala entry barrier terlalu tinggi, kelangkaan supply bahan baku pupuk, serta sumber daya manusia (SDM) yang terpusat di desa.
Director & Founder Casagro Group Vito Tjahyadi mengatakan bahwa di sisi lain penggunaan batubara sebagai pupuk merupakan jawaban atas keinginan pemerintah.
“Penggunaan batubara sebagai pupuk merupakan jawaban atas keinginan pemerintah untuk.meningkatkan nilai tambah batubara yang selama ini hanya digunakan sebagai bahan bakar,” tandasnya. (*)