BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of American Medicine Association mengamati efek vitamin C dan zinc kepada 214 pasien COVID-19.
Vitamin C dan zinc diberikan kepada pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah pada bulan April hingga Oktober tahun lalu.
Untuk mengetahui keampuhan zinc dan vitamin C dalam meredakan gejala COVID-19, para pasien dibagi menjadi empat kelompok.
Kelompok pertama diberi suplemen zinc dan kelompok kedua diberi suplemen vitamin C.
Sementara itu, kelompok ketiga menerima vitamin C serta zinc, dan yang terakhir bertugas sebagai kelompok kontrol.
Sayangnya, peneliti harus menghentikan proses studi lebih awal. Sebab, meski sudah diberikan dalam dosis tinggi, suplemen vitamin C dan zinc ditemukan tidak membantu mengurangi durasi gejala COVID-19.
“Jika dibandingkan dengan perawatan standar, vitamin C dan zinc tidak efektif dijadikan untuk dijadikan pengobatan. Namun, studi tentang terapi lain terus berlanjut.” kata Milind Desai, dokter spesialis jantung yang juga merupakan peneliti utama.
Dari hal tersebut diketahui bahwa kedua mikronutrien tersebut sama sekali tidak efektif meredakan gejala COVID-19.
Menanggapi penelitian tersebut, dr. Devia Irine Putri menyampaikan bahwa belum bisa dipastikan apakah vitamin C dan zinc benar-benar tidak bermanfaat untuk penyembuhan COVID-19.
“Dari penelitian di atas, pemberian vitamin C dan zinc ditemukan tidak memengaruhi gejala COVID-19. Tetapi, penelitiannya masih dilanjutkan dengan kombinasi terapi lain. Jadi, belum bisa ditarik kesimpulan apakah pemberian zinc dan vitamin C tidak berguna,” ujarnya, dikutip dari klikdokter.
Menurut dr. Devia vitamin C dan zinc sampai saat ini masih digunakan dalam tatalaksana COVID-19.
“Di Indonesia sendiri, contohnya, pasien yang dirawat diberikan vitamin C dosis 200-400 mg via infus. Kalau yang isolasi mandiri disarankan konsumsi tablet vitamin C non-acidic sebanyak 500 mg,” jelasnya.
Vitamin C tidak disarankan dikonsumsi dalam dosis tinggi melebihi 1000 mg karena bisa meningkatkan efek samping berupa mual, diare, dan nyeri perut.
Vitamin C diketahui memiliki antioksidan tinggi yang dipercaya bisa mengurangi gejala flu seperti batuk dan pilek.
Sedangkan zinc, berperan memproduksi antibodi dan sel darah putih untuk melawan infeksi virus serta bakteri di dalam tubuh.
“Keduanya sama-sama membantu meningkatkan daya tahan tubuh, penggunaan zinc membantu proses penyerapan vitamin C,” kata dr. Devia.
Sebaiknya kita tetap menunggu hasil temuan lebih lanjut mengenai obat atau suplemen apa yang terbukti dapat mengatasi COVID-19.
Selama proses pemulihan COVID-19, Anda disarankan untuk tetap mematuhi anjuran minum obat dan suplemen dari dokter. (*)