BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Pelatih Persib Bandung Robert Albert mengkritisi hadiah Piala Menpora 2021. Hadiah menggiurkan dinilai berpotensi mengakibatkan terjadinya pengaturan skor.
Hadiah yang akan diberikan sendiri cukup besar untuk sekelas turnamen pramusim, yaitu Rp2 miliar untuk juara, Rp1 miliar peringkat kedua, Rp750 juta untuk peringkat ketiga, serta Rp500 juta untuk peringkat keempat. Di luar itu, ada berbagai hadiah menarik lain untuk tim maupun individu.
Hadiah yang menggiurkan itu akan membuat Piala Menpora jadi turnamen yang kompetitif. Padahal, idealnya turnamen itu hanya jadi sekadar ajang hiburan setelah setahun kompetisi tak bergulir.
“Saya mempunyai opini kuat soal itu, itu tidak bagus sama sekali soal hadiah uang di turnamen ini. Ini (seharusnya) bukan turnamen yang setiap tim ingin menjadi juaranya,” kata Robert, Rabu (3/3/2021).
Menurutnya, jika dirunut dari awal, digelarnya turnamen itu adalah sebagai ‘pemanasan’ menjelang liga. Turnamen ini bakal jadi sarana bagi kepolisian apakah akan mengizinkan liga digelar atau tidak. jika pelaksanaannya berjalan baik, polisi akan mengizinkan liga digelar. Begitu juga sebaliknya, jika berlangsung buruk, izin kemungkinan tak akan didapat.
“Ini turnamen untuk mendapat izin menggelar liga, (seharusnya) tidak masalah menang atau kalah. Tapi (dengan hadiah menggiurkan) turnamen ini dubatu supaya setiap tim berlomba untuk menang yang mana itu salah,” ungkapnya.
Situasi yang kompetitif ini disinyalir berpotensi negatif. Sebab, tim yang berlaga bisa saja tampil habis-habisan. Sehingga, permainan keras bisa saja terjadi yang berujung membuat pemain rentan mengalami cedera.
Selain itu, iklim kompetitif juga dikhawatirkan terjadinya pengaturan skor oleh pihak tak bertanggung jawab. Hal ini akan sangat buruk jika benar-benar terjadi.
“Total hadiah selalu menarik orang-orang untuk menjadi serakah, bisa saja nanti akan banyak pengaturan skor. Jika kalian melihat statistik di dunia selama COVID-19 dan melihat turnamen yang melibatkan banyak tim, pengaturan skor sangat mungkin terjadi,” tutur Robert.
Sebab, selama pandemi, banyak orang tak bisa mendapatkan pemasukan dari sepak bola, termasuk klub. Berbagai cara pun bisa saja dilakukan, termasuk melakukan pengaturan skor.
“Karena banyak orang yang tidak bisa mendapatkan uang, terutama jika pemain dan official tidak digaji. Jadi, sangat memungkinkan untuk melakukan hal buruk dan faktor pengaturan skor bisa menjadi topik panas lagi,” paparnya.
“Itulah kenapa harus melihat semua aspek sebelum memulai lagi liga setelah terhenti setahun. Ada banyak fakta di tingkat profesional soal pengaturan skor dan itu peringatan besar,” tegas Robert. (ors)
JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM -- Untuk memperkuat bisnis, bank bjb menjalin berbagai sinergi strategis demi memberikan manfaat…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…