PASNUSANTARA

COVID-19 B117 Sudah Masuk Indonesia, Kualitas Vaksin Harus Diuji

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COMAlih-alih pandemi COVID-19 berakhir, belakangan ini justru muncul kekhawatiran baru. Sebab, COVID-19 varian baru atau B117 sudah masuk ke Indonesia dan menjangkiti beberapa warga yang baru pulang dari luar negeri.

Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi NasDem, Muhammad Farhan mengatakan masuknya B117 ke Indonesia harus menjadi peringatan keras bagi Satgas COVID-19. Menurutnya, perlu ada ketegasan penerapan protokol kesehatan COVID-19 dan daya ampuh vaksinasi perlu ditingkatkan.

“Memang ini mengkhawatirkan karena sebetulnya kita sudah menerapkan protokol masuknya warga yang ketat. Tetapi sudah bocor, masuknya warga dengan kasus B117 sangat mengherankan dan mengkhawatirkan. Kita harus perketat pengawasan perbatasan,” ujar Farhan, Rabu (17/3/2021).

Indonesia sendiri saat ini sedang menggulirkan program vaksinasi dengan menggunakan vaksin Sinovac. Di saat yang sama, pemerintah berencana mendatangkan berbagai vaksin lainnya. Beberapa waktu lalu, bahkan sudah tiba vaksin AstraZeneca, tapi belakangan harus ditunda distribusinya.

Menurut Farhan, beragam vaksin yang datang ke Indonesia harus diuji daya tahannya menangani mutasi B117. Jangan sampai vaksin yang diterima warga tidak menjadi antibodi terhadap varian baru mutasi COVID-19.

Untuk diketahui, vaksin yang dibeli Indonesia untuk vaksinasi di antaranya vaksin Sinovac dengan rincian 3 juta dosis dalam bentuk jadi, 122 juta dosis dalam bentuk bulk, 100 juta dosis untuk opsional.

Kemudian vaksin Novavax dengan rincian 50 juta dosis vaksin dan 80 juta dosis untuk opsional. Lalu vaksin Covax/Gavi dengan 54 juta dosis vaksin dan 54 juta dosis untuk opsional.

Kemudian vaksin AstraZeneca dengan 50 juta dosis vaksin dalam finalisasi dan 50 juta dosis vaksin untuk opsional. Ada juga vaksin Pfizer/BioNtech dengan 50 juta dosis vaksin dalam finalisasi dan 50 juta dosis untuk opsional.

“Efektifitas nya harus diuji betul, karena ini menyangkut kepercayaan masyarakat. Kalau kepercayaan masyarakat runtuh, maka program vaksinasi nasional bisa gagal total,” ungkapnya.

Farhan menambahkan, kinerja vaksinasi di 2021 perlu dipertegas agar disalurkan secara adil, merata, dan transparan dalam ketersediaan vaksin bagi wilayah – wilayah terutama pedesaan.

“Evaluasinya, masih belum cukup distribusi yang merata. Kita perlu kejar dengan meningkatkan kecepatan pemerataan vaksinasi,” tegasnya.

Program vaksinasi sendiri patut diawasi dan didorong dalam realisasinya karena didukung modal dan anggaran sangat besar. “Anggaran Rp74 triliun adalah angka yang sangat besar. Demikian juga usaha diplomasi untuk mendatangkan vaksin dari berbagai negara, menunjukan bahwa kita sebagai bangsa punya prioritas utama program vaksinasi nasional ini,” ujarnya.

“Maka, ekspektasi kita sangat tinggi. Namun eksplorasi atau harapan ini, belum bertemu dengan kenyataan. Kenyataannya masih banyak kekhawatiran masyarakat soal kepastian vaksinasi, dan ini menimbulkan keresahan. Jadi saatnya pemerintah mulai melibatkan semua elemen bangsa untuk mensukseskan vaksinasi Nasional ini,” tambahnya.

Ia menegaskan, jangan sampai alokasi anggaran yang didapatkan untuk pengadaan vaksin tidak terdistribusikan maksimal ke tangan masyarakat. Bahkan, perlu diantisipasi batas kadaluarsa vaksin yang siap disuntikan namun belum didistribusikan.

“Secara teknis pemerintah harus segera melakukan distribusi dan menggelar vaksinasi massal. Hal ini membutuhkan pengelolaan dan pengorganiaasian yang baik. Mobilisasi sumber daya dan anggaran harus fokus pada program vaksinasi, karena kita perlu selesaikan dalam satu tahun 2021,” tandas Farhan.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, masalah laju penyuntikan vaksin COVID-19 bukan karena tempat pelaksanaan vaksinasi. Namun, terkait ketersediaan vaksin.

Hal tersebut disampaikan Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 15 Maret 2021. “Banyak pertanyaan soal laju penyuntikan, laju penyuntikan ini masalahnya bukan di tempat penyuntikan, tapi di ketersediaan vaksinnya,” kata Budi.

Menurutnya, hingga 14 Maret 2021, sebanyak 5,4 juta orang sudah disuntik vaksin COVID-19. “Kita sudah menyuntik sekitar 5,4 juta orang dan 4,4 juta orang dari target tahap kedua ini 38 juta atau sekitar 10 persen lebih,” jelas Budi. (ors)

Yatti Chahyati

Recent Posts

Rumah Tertimbun Longsor di Gegerkalong Girang, Satu Penghuni Terluka

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Sebuah rumah di kawasan Jalan Gegerkalong Girang, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, tertimbun…

22 menit ago

Harga Pangan Fluktuatif: Bawang Putih Menjadi Rp41.590 per Kg

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan bahwa harga sejumlah komoditas pangan mengalami fluktuasi…

2 jam ago

Erna : Menjalani Hidup dengan Pilihan dan Semangat Berkarya

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM-- Erna Sari Gusmaati, atau akrab disapa Erna, adalah seorang gadis penuh semangat yang…

2 jam ago

Polisi Kerahkan Brimob untuk Kawal Pilkada di Wilayah Rawan Banjir

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Petugas kepolisian menurunkan pasukan Brimob untuk bersiaga di sejumlah kecamatan rawan banjir…

3 jam ago

Kemensos Salurkan Bantuan Cepat untuk Pengungsi Banjir dan Longsor di Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Kementerian Sosial (Kemensos) bertindak cepat menangani dampak bencana banjir dan tanah longsor…

4 jam ago

Petugas Gabungan Tertibkan APK di Masa Tenang Pilkada

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Memasuki masa tenang Pilkada Serentak 2024, ribuan alat peraga kampanye (APK) ditertibkan…

5 jam ago