BALI, WWW.PASJABAR.COM– Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno meninjau kesiapan penggunaan alat detensi COVID-19; Genose bagi wisatawan yang hendak masuk atau keluar Bali.
Menparekraf Sandiaga Uno saat meninjau lokasi penggunaan Genose di terminal keberangkatan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Jumat (9/4/2021) menjelaskan penggunaan alat testing genose di bandara sebagai bentuk upaya menekan penyebaran COVID-19 bagi wisatawan dan mempermudah wisatawan yang akan berkunjung atau keluar dari Bali.
“Untuk menekan laju penularan COVID-19 kita harus memperluas testing. Dan testing ini sudah menggunakan produk anak bangsa, sehingga membuka peluang usaha dan ekonomi, agar mobilitas terjaga dan denyut nadi perekonomian di Bali sebagai tulang punggung sektor pariwisata nasional bisa segera bangkit dan pulih kembali dengan disertai penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin,” kata Sandiaga Uno.
Menparekraf Sandiaga Uno berharap alat genose ini bisa diproduksi lebih banyak lagi untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Bali maupun ke destinasi lain yang ada di Tanah Air. Bandara I Gusti Ngurah Rai sendiri sudah memiliki 8 unit alat Genose dengan kapasitas testing mencapai 15-20 orang per jam.
“Yang menjadi tantangan adalah menghadirkan unit genose yang bisa mengakomodir lebih banyak lagi. Di sini sudah ada 8 unit, dan perunit bisa memproses 15-20 orang perjam, sehingga kapasitasnya masih belum maksimal terlebih jumlah penumpang di bandara Bali sudah mengalami peningkatan perhari bisa mencapai 6000 orang. Kita terus mendorong produksi genose agar proses menghadirkan genose ini bisa ditingkatkan,” ujarnya.
Menparekraf juga berharap destinasi lain dan desa-desa wisata di tanah air bisa memiliki alat serupa dengan begitu dapat memberikan sinyal secara tegas kepada para wisatawan bahwa pariwisata dan ekonomi kreatif siap bangkit kembali.
Pihaknya sedang mempersiapkan destinasi-destinasi yang prioritas untuk dikembangkan termasuk salah satunya desa wisata di berbagai wilayah di tanah air.
“Saat ini desa wisata menjadi alternatif kunjungan wisatawan berbasis alam terbuka dan budaya. Kita sedang coba hadirkan dalam 90 hari kedepan untuk penerapan genose di desa-desa wisata. Terlebih dengan peniadaan mudik alat genose ini menjadi penting untuk dihadirkan di desa-desa wisata. Ketiga ini membangkitkan confidence bagi para wisatawan dan pelaku parekraf, karena dengan masifnya testing COVID-19 ini memberikan kepastian rasa aman dan nyaman wisatawan,” terangnya dalam rilis yang diterima PASJABAR, Sabtu.
Sementara itu, salah satu wisatawan Eropa Alexandra Strelchenko yang dijumpai saat mengantri untuk melakukan proses genose mengaku sangat senang dengan proses testing genose yang sangat mudah dan cepat. Sehingga mempermudah proses untuk menuju tahapan selanjutnya di dalam bandara.
“Saya senang karena prosesnya teratur dan cepat, kemudian yang paling menggembirakan adalah hasil saya negatif sehingga bisa pulang ke negara saya,” ujarnya.
Adapun Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang pengendalian transportasi selama masa Idulfitri 1442 H/2021 dalam rangka penyebaran pencegahan penyebaran COVID-19. Menparekraf menjelaskan hal tersebut seiring dengan kebijakan Satgas yang telah mengeluarkan surat edaran nomor 13/2021 tentang peniadaan mudik Hari Raya Idulfitri dan upaya pengendalian COVID-19 selama bulan suci ramadan.
“Saya mohon dan mengimbau agar masyarakat bisa bersabar dan menyadari kebijakan ini untuk menekan penyebaran COVID-19. Prioritas kita adalah bagaimana bisa mengatasi dan mengendalikan pandemi ini, untuk itu masyarakat harus mengikuti arahan dari pemda, pengelola wisata agar pandemi ini bisa cepat berakhir,” katanya.
Menparekraf mengatakan perlunya adaptasi terkait kebijakan tersebut. Untuk itu, ia mengimbau agar para pengelola dan pemda untuk memastikan dan meningkatkan kesiapan destinasi wisata lokal.
“Saya mengantisipasi lonjakan wisatawan di daerah asal, meski tidak bisa mudik tapi ingin melakukan mobilitas di daerahnya bisa dilakukan dalam bingkai protokol kesehatan yang disiplin. Saya ingin destinasi destinasi wisata ini harus siap. Karena ada ketentuan-ketentuan kapasitas di destinasi wisata, terkait jumlah kapasitas yang dibatasi dan jam operasional dibatasi,” pungkasnya. (*/tiwi)