BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan bahwa kolaborasi pemerintah dan masyarakat merupakan nilai penting dalam membangun kepercayaan diri untuk melawan Covid 19.
Saat ini sudah ada 508 rumah isolasi mandiri yang tersebar di beberapa RW di Kota Bandung.
Rumah isolasi ini diperuntukan bagi warga setempat yang mengalami OTG (orang tanpa gejala) atau yang bergejala ringan dan sudah mendapatkan rekomendasi dari puskesmas untuk menajalanlan isolasi mandiri.
Ema saat meninjau lokasi rumah isolasi mandiri, Kamis, (1/7/2021) pun mengapresiasi kepedulian warga RW 1 Kelurahan Kacapiring Kecamatan Batununggal dalam penanganan pandemi Covid-19.
Pasalnya, salah satu warga RW 1 RT 2 Kelurahan Kacapiring tersebut memberikan secara sukarela tempat tinggalnya menjadi tempat isolasi mandiri bagi warga sekitar yang terpapar Covid-19.
“Jadi kalau saya lihat dari perspektif empirik, alhamdulillah ada kelebihan yang bisa membanggakan. Yaitu rasa kepedulian, kebersamaan dengan segala keterbatasan masyarakat. Kepedulian yang dibangun oleh RT, Bu RW di mata saya luar biasa,” ucap Ema.
“Orang-orang seperti ini di Bandung harus terus kita bangun. Karena kepeduliannya tinggi, maka mereka berikan untuk tetangganya yang memerlukan fasilitas. Itu poin yang sangat luar biasa,” ujarnya.
“Idealnya tempat isoman seperti ini diperbanyak. Jadi nanti tidak semua ke RS (rumah sakit). RS di Kota Bandung sudah berat. Bahkan sudah ada yang menutup pelayanan karena sudah tidak ada tempat tidur,” paparnya.
Pada kesempatan yanga sama, Ketua RW 1 Kelurahan Kacapiring, Euis Ratna mengatakan, rumah isolasi ini diperuntukan bagi warga yang terpapar Covid-19.
“Saat ini ada 1 keluarga yang sedang di isolasi mandiri. Sebelumnya ada 4 tapi sudah keluar,” kata Euis dalam rilis yang diterima PASJABAR.
Euis memastikan pihaknya juga turut bertanggung jawab memenuhi kebutuhan para warga yang terpapar selama menjalankan isolasi mandiri. Termasuk terus berkoordinasi dengan puskesmas.
“Kami sepakat dengan pengurus yang lain tidak akan membebankan masyarakat. Jadi keuangan RW dan RT, kita pergunakan untuk membiayai warga selama isoman 14 hari,” jelasnya.
“Prosedurnya setiap ada yang terpapar saya langsung lapor ke kelurahan untuk pendataan dan ke puskesmas untuk tindak lanjut. Biasanya setelah ada laporan, puskesmas minta KK dan KTP dan hasil swab, besoknya keluarganya langsung ditindak lanjut untuk di-swab juga,” tuturnya. (*/tiwi)