JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM–
Pengembangan Destinasi Super Prioritas (DSP) Labuan Bajo, sesuai dengan prinsip pariwisata berkelanjutan.
Hal ini disampaikan oleh Menparekraf Sandiaga Uno, yang memastikan pihaknya terus mengedepankan prinsip-prinsip pariwisata berkualitas dan berkelanjutan dalam pengembangan DSP.
Menparekraf Sandiaga Uno dalam pernyataannya, Kamis (5/8/2021), mengatakan, pengembangan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan adalah. Pengembangan pariwisata yang memperhatikan dengan seksama dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, makhluk hidup, dan ekonomi untuk masa kini dan masa depan, baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan. Sehingga dapat menggerakkan ekonomi dan membuka lapangan kerja.
“Dalam penerapannya, pariwisata berkelanjutan memiliki prinsip untuk memberdayakan masyarakat melalui kebudayaan dan kearifan lokal yang ada. Sejalan dengan itu melestarikan alam dan meningkatkan kesejahteraan, serta ditambah aspek pengelolaan secara profesional. Tidak semata-mata memperhitungkan dampak ekonomi, tapi juga dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan dan sosial budaya masyarakatnya” kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam rilis yang diterima PASJABAR.
Oleh karena itu, dalam pengembangan pariwisata di Labuan Bajo, khususnya di zona pemanfaatan yang ada di Taman Nasional Komodo. Harus memperhatikan hal-hal yang utamanya menyangkut aspek lingkungan, budaya, dan kearifan lokal.
Sehingga konsep wisata premium yang disiapkan pemerintah di Labuan Bajo, benar-benar terwujud.
Adapun konsep premium yang dimaksud mengacu kepada layanan yang berkualitas tinggi dan kental dengan keunikan alam, sosial, budaya, masyarakat, dan makhluk hidup di dalamnya. Sehingga memberikan pengalaman yang bernilai tinggi bagi wisatawan. Dengan tetap memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup.
Menparekraf menjelaskan, pihaknya terus berkoordinasi bersama dengan kementerian/lembaga serta pihak-pihak terkait lainnya. Untuk terus memastikan bahwa penataan sarana dan prasarana di zona pemanfaatan di TN Komodo. Tidak menimbulkan atau mengakibatkan dampak negatif terhadap Outstanding Universal Value (OUV) situs warisan alam dunia TN Komodo.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebelumnya juga telah memastikan bahwa pembangunan di Resort Loh Buaya Pulau Rinca TN Komodo. Tidak menimbulkan/mengakibatkan dampak negatif terhadap OUV situs warisan alam dunia TN Komodo.
Kesimpulan tersebut didasarkan hasil kajian penyempurnaan Environmental Impact Assessment (EIA). Yang dilakukan bersama lintas kementerian/lembaga serta pakar lainnya yang. Terus disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan IUCN.
Menparekraf Sandiaga menjelaskan, Kemenparekraf juga tengah menyusun Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Labuan Bajo bersama K/L terkait. Sebagai salah satu upaya untuk memproyeksi ke depan. Dan menyusun skenario pengembangan sekitar kawasan dalam ITMP ini.
“Cakupan ITMP akan meliputi analisis demand and supply terhadap pengembangan wilayah. Jadi yang kita susun dalam ITMP adalah proyeksi jumlah wisatawan yang disesuaikan dengan carrying capacity. Alur perjalanan dan strategi pengembangan yang terintegrasi. Sehingga para turis diharapkan lebih lama tinggal di Indonesia,” katanya.
ITMP didesain dengan teliti dan baik serta perlu mempertimbangkan potensi market yang ada. Baik market domestik, internasional. Terutama tren pariwisata ke depan pascapandemi COVID-19. Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang harus bisa mencocokkan keunikan yang dimiliki. Dan disesuaikan dengan kalkulasi potensi market yang tepat.
“Kita harus bisa mencocokkan antara supply and demand dan perlu ada target yang jelas, target yang terukur. Breakdown pekerjaan, timeline yang jelas. Dalam pembentukan ITMP tersebut,” ujar Sandiaga.
Selain itu, Kemenparekraf dalam pengembangan produk wisata di Labuan Bajo. Juga akan memaksimalkan kekuatan budaya serta konten lokal yang otentik.
Saat ini Kemenparekraf bersama Badan Pariwisata Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) terus mendorong inkubasi berbagai kegiatan kreatif seperti seni pertunjukan, seni musik, seni tari, fesyen, juga kuliner, dengan melibatkan komunitas-komunitas yang ada.
Di antaranya adalah inkubasi “Aksilarasi” di Desa Pasir Panjang dan di Desa Komodo yang menghasilkan tari kontemporer kreasi anak muda Animal Pop Komodo. Sebagai alternatif produk wisata yang juga sempat dipertunjukan di Stasiun MRT Jakarta, pada bulan Mei 2021 silam.
Selain itu ada juga dukungan pengembangan Desa Wisata di luar kawasan TNK seperti Desa Liang Ndara, di mana desa tersebut diberi pendampingan untuk menawarkan atraksi seni pertunjukan berbasis budaya. Yang memperkenalkan Tari Caci sebagai salah satu kebudayaan milik Manggarai. Sehingga menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo.
“Juga secara konsisten memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat sehingga mereka dapat turut merasakan manfaat dari pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di destinasi,” kata Sandiaga. (*/tiwi)
Oleh: Dr. H. Deden Ramdan, M.Si, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unpas (Negarawan dalam Pilkada Serentak…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Sebanyak enam ribuan masyarakat dari berbagai daerah di Jawa Barat menggelar aksi…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat, Daddy Rohanady, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kinerja…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM-- Dinda Vanisa Istianti yang akrab Dinda adalah mahasiswi semester lima di Program Studi…
WWW.PASJABAR.COM – Kevin Diks sudah resmi menjadi WNI setelah menjalani sumpah WNI. Dia tinggal melakukan perpindahan…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM-- Auliya Ilmi Salimah, atau akrab disapa Aul, lahir di Subang pada 29 Juli…