BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bandung, Nila Avianti mengatakan ada tiga poin utama yang mempengaruhi terjadinya stunting.
Tiga poin tersebut adalah pola makan, pola asuh, dan sanitasi yang kurang sehat.
Maka untuk mencegah terjadinya stunting baru diperlukan pencegahan mulai dari hulu. Yaitu pemberian tablet penambah darah minimal satu bulan sekali bagi remaja putri dan ibu hamil.
Kemudian yang paling penting yakni pemberian makanan sehat dan bergizi di 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Yaitu mulai dari usia kandungan 0 (nol) bulan hingga anak usia 2 tahun.
Karena stunting merupakan kekurangan gizi kronis atau kurangnya asupan protein dan sumber energi pada anak. Dalam waktu yang cukup lama. Sehingga menyebabkan anak gagal tumbuh.
“Makanya stunting ini tidak langsung pada saat anak lahir, tapi dari mulai ibunya hamil sampai anak 2 tahun. Kalau sudah lewat 2 tahun ini sulit diintervensinya,” tuturnya dalam rilis yang diterima PASJABAR.
“Jadi kalau tidak ingin anak stunting, mulai remaja diberikan asupan gizi seimbang, minum tablet penambah darah. Ketika hamil diberikan asupan gizi yang baik sampai anaknya kemudian lahir sampai 2 tahun,” imbuhnya.
Dinkes Kota Bandung mencatat, angka stunting kini mencapai 8,93 persen atau sebanyak 9.567 balita mengalami stunting.
Untuk itu, kata dia, Dinkes terus berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam menangani permasalahan stunting di Kota Bandung.
Mulai dari pemberian makanan tambahan bagi bayi dan ibu hamil, melakukan pemantauan perkembangan pertumbuhan balita secara rutin bersama kader PKK.
Kemudian rutin melakukan bulan penimbangan balita bersama Posyandu untuk memantau tumbuh kembang balita, hingga melakukan edukasi tentang pemberian makanan bagi bayi dan anak.
“Karena stunting menjadi tanggung jawab bersama, menyelamatkan satu generasi berarti menyelamatkan anak bangsa,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Pokja 4 TP-PKK Kota Bandung, Eulis Sumiyati mengungkapkan, dalam rangka menurunkan angka stunting pihaknya telah menggagas program unggulan yaitu gerakan Bandung Tanginas atau Bandung Tanggap Stunting dengan Pangan Aman dan Sehat.
“Dalam arti sesungguhnya, Tanginas itu bergerak cepat. Kita berharap betul penanganan stunting bergerak cepat, bagaimana setiap OPD maupun organisasi kemasyarakatanan bisa mendukung menurunkan angka stunting,” tuturnya.
Melalui Bandung Tanginas, pihaknya memberi pangan aman dan sehat bagi ibu hamil, ibu menyusui 0-6 bulan, dan anak dibawah usia 2 tahun.
Dengan cara memberikan makanan sehat dan bergizi di 1000 HPK diharapkan angka stunting tidak terus bertambah. Sebab ia paham betul bahwa stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis.
“Mungkin kuncinya itu di pangan aman dan sehat. Pangan aman sehat itu bisa diperoleh bukan karena makanan mahal. Tetapi dengan makanan yang murah sebetulnya bisa menyediakan makanan sehat bagi anak-anak terutama di 1000 HPK,” ujarnya.
Bahkan, pihaknya mendorong setiap rumah untuk memiliki Buruan Sae yaitu memanfaatkan lahan rumah untuk menanam sayuran dan budidaya ikan.
“Dan September-Kktober kita akan gelar pelatihan bagi kader posyandu. Ada 400 orang yang akan kita latih. Karena kader posyandu juga menjadi garda terdepan yang akan menyampaikan informasi kepada masyarakat,” tuturnya.
Berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam menurunkan angka stunting. Mulai dari pencegahan, penanganan, hingga pembentukan Satgas ODF (Open Defecation Free). (*/tiwi)