BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–program Buruan SAE (Sehat, Alami, dan Ekonomis) menjadi pengembangan dari konsep urban farming. Di Kota Bandung, Buruan SAE mengusung konten yang lebih komplit.
Jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda, Oded M. Danial menyatakan, salah satu gagasan yang dibawanya usai dilantik menjadi Wali Kota Bandung pada 2018 lalu adalah menumbuhkan kemandirian dan pemberdayaan masyarakat Kota Bandung dalam membentuk ketahanan pangan.
Mengingat, 96 persen pasokan pangan bagi Kota Bandung berasal dari luar daerah. Tak pelak, ketika terjadi inflasi pun kerap ditimbulkan oleh sejumlah komoditas bahan pangan.
Oleh karenanya, di samping menyangkut soal pemenuhan kebutuhan makanan, konsep ketahanan pangan Oded ini memberikan dampak secara perekonomian. Setidaknya bisa mengurangi pengeluaran masyarakat untuk membeli bahan makanan.
Oded pun mulai merealisasikan dengan menghadirkan Buruan SAE.
“Buruan SAE ini program Kota Bandung membangun ketahanan pangan. Karena Kota Bandung ketergantuangan pangan dari luar itu sangat besar, itu hampir 96 persen,” ucap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar dalam rilis yang diterima PASJABAR.
Jika pada urban farming hanya fokus pada komoditas tertentu semisal sayuran semata, Buruan SAE ini terintegrasi dengan banyak unsur.
Yakni turut meliputi tanaman obat, buah-buahan, olahan hasil, pembibitan dan hewan ternak baik ikan ataupun unggas.
Integrasi Buruan SAE tidak sebatas di komoditas saja, tetapi sekaligus menjadi pola pengelolaan sampah selaras dengan konsep Kurangi Pisahkan Manfaatkan sampah (Kang Pisman).
Yakni memanfaatkan sampah organic sebagai kompos media tanam, pupuk, lalu mengembangkan sebagai pakan ternak.
Salah satu pengaplikasian konsep Buruan SAE ditunjukan dengan pembuatan Organic Tower Garden (OTG).
Sebuah konsep pemanfaatan ember dan pipa bekas dirakit secara bertumpuk, dimana bagian atas sebagaai media tanam dan di paling bawah untuk pembudidayaan ikan lele.
Sejak kali pertama digiatkan pada 2020 silam, hingga kini sudah ada 234 lokasi Buruan SAE yang tersebar di seluruh kelurahan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui DKPP hanya memberikan stimulan kepada 100 kelompok tani. Sedangkan 134 lainnya merupakan inisiatif masyarakat yang tertarik mereplikasi Buruan SAE.
“Memang ini peluang. Dari satu sisi di masa seperti ini (pandemi Covid-19) bisa dihasilkan produk-produk pangan yang sehat. Kemudian juga semangat warga sekarang lebih banyak, mungkin karena aktivitas banyak di rumah atau di lingkungan,” ujarnya.
Gin Gin mengaku, pihaknya terus melakukan pendampingan dan pemantauan terhadap kelompok Buruan SAE yang sudah ada untuk menjaga keberlanjutan program ini.
Bahkan, ia berharap bisa semakin bertambah secara kualitas komoditas dan kuantitas jumlah BUruan SAE di lokasi baru.
“Jadi berbagai program terintegrasi, termasuk paling besar mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat. Karena yang digulirkan bukan hanya urban farmingnya, tapi yang paling besar itu mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan semangat melalui Buruan SAE,” katanya. (*/tiwi)