BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membantah ada klaster pembelajaran tatap muka (PTM) di Jawa Barat. Ia menyebut ada definisi keliru dari klaster yang dimaksud.
“Terkait (kaster PTM) tatap muka yang sering wartawan tanya, saya sampaikan, itu ada definisi yang harus diluruskan,” kata Emil, sapaan akrabnya, di SLBN Cicendo, Kota Bandung, Sabtu (25/9/2021).
Data klaster PTM sendiri dimuat dalam https://sekolah.data. kemdikbud.go.id/, Kamis, 23 September 2021. Di sana disebutkan ada 1.152 guru dan tenaga kependidikan, serta 2.478 siswa di Jawa Barat terinfeksi COVID-19 selama pelaksanaan PTM terbatas.
Data ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kemendikbudristek. Total, ada 149 sekolah di Jawa Barat yang disebut jadi lokasi klaster. Tingkat SMA jadi yang tertinggi dengan kasus mencapai 4,66 persen.
Menurutnya, mereka yang dinyatakan positif COVID-19 bukan tertular di sekolah dalam kegiatan PTM. Yang ada, mereka terpapar di tempat lain, tapi akhirnya terdata di sekolah.
“Jadi, sebenarnya bukan klaster. Hanya, ada laporan anak sekolah, guru, yang terkena COVID-19. Itu belum tentu (terpaparnya) di sekolah, kira-kira begitu,” jelas Emil.
“Jadi, definisi klaster itu kalau menyebar di satu titik, ini kan enggak. Jadi, bisa sedang di rumahnya, bisa si guru itu sedang ada di mana. Tapi karena profesinya guru dan si anaknya masuk kategori anak sekolah, itu kemarin ada (disebut) definisi klaster. Itu saya kira definisi kurang tepat, ya,” paparnya.
Ia pun meminta Kemendikbud meluruskan informasi yang sudah kadung beredar dan dianggap ada klaster PTM di Jawa Barat. “Nah, itu yang kami minta Kemendikbud meluruskan, ya,” ucapnya.
“Karena kalau ada klaster, logika ya, pasti komite (sekolah) tahu, kan ada titik yang rawan. Sekarang kan kasus (di Jawa Barat) sedikit, BOR kita juga hanya 6 persen, kasus menurun tiap hari. Kalau ada peningkatan kan pasti kami lebih awal tahu,” beber Emil.
Ia pun meminta media agar tidak membuat kebingungan di masyarakat. Sehingga, definisi klaster PTM bisa dipahami secara utuh.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi juga menegaskan tak ada klaster PTM di Jawa Barat. Ia pun mengklaim sudah memastikannya ke berbagai pihak terkait. Yang ada, ‘penghuni sekolah’ ada yang pernah terpapar, bukan terpapar di sekolah.
“Ternyata ada kesalahpamakan, miskomunikasi. Jadi, yang dimaksud bukan klaster PTM, tetapi saat ini ada data sekian yang melakukan PTM yang sesungguhnya anak-anaknya dulu pernah terkena terpapar COVID-19,” jelasnya.
Ia pun berharap tidak ada klaster PTM ke depan. Sehingga, kegiatan belajar bisa berjalan sesuai skema yang dirancang.
“Kalau ada (klaster), maka sekolah melakukan tindakan dengan segera. Kedua, menutup sementara. Ketiga, setelah penutupan sementara, penyemprotan disinfektan, silakan dibuka kembali,” ujar Dedi. (ors)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…