BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Rasa insecure atau bahkan merasa toksik di dalam diri adalah hal yang terkadang dirasakan oleh generasi muda.
Mahasiswi FH Unpas, Attika Hilma Kusumawati yang akrab disapa Tika juga mengaku pernah merasakan hal ini, bahkan mengarah pada quarter life crisis.
“Pernah banget, waktu awal-awal adanya pandemi covid-19.. Ya sampai sekarangpun kadang ada rasa-rasa kepikiran lagi hal itu. Ngeliat orang lain ko bisa ya udah punya usaha sendiri, beli apa-apa pakai uang sendiri, liat selebgram tuh ternyata seumuran tapi penghasilannya udah sebesar itu. Sementara aku masih minta uang ke orang tua, ngga tau cara bisnis itu gimana, ngga tau harus gimana karena ngerasa ngga bisa apa-apa. Ngga tau mau aku tuh sebenernya apa, dan mau ngelakuin sesuatu biar bisa menghasilkan uang juga susah karena finansial lagi kacau dampak pandemi jadi mau usaha juga ngga ada modal, paparnya bercerita.
Namun, sambung Tika, ia tidak membiarkan perasaan buruk tersebut menguasainya.
“Untuk menjauhi penyebab dari quarter life crisis, aku cari tau dulu apa nih penyebabnya apa karena lingkungan yang toksik atau karena suka liat media sosial kehidupan orang lain yang lebih baik, aku berusaha menghindari penyebabnya itu,” terangnya.
Bersyukur dan Berpikir Positif
Tika pun mengaku berusaha bersyukur dengan apa yang ia miliki karena di luar sana masih ada yang tidak seberuntung dirinya dan mungkin ingin menjadi seperti dirinya.
“Pikirkan hal positifnya dan jadikan motivasi untuk memperbaiki diri sendiri,” imbuhnya.
Menurut Tika, quarter life crisis adalah hal yang normal karena proses pendewasaan diri dan tuntutan hidup yang mengharuskan kita untuk terus maju dan tidak berdiam di zona nyaman.
“Fase ini bahaya kalau terus-terusan dipikirkan tanpa adanya jalan keluar. Tergantung dari cara menyikapi situasi ini, jika orang itu bisa mengendalikan pikirannya maka tidak terlalu sulit melewatinya. Namun, kalau orangnya terbawa oleh situasi bisa terjadi depresi, frustasi, anxiety, dan masalah emosional lain yang akhirnya bisa menghambat karir atau impian kedepannya,” tuturnya kepada PASJABAR, Rabu (20/10/2021).
Tika pun berpesan untuk mencintai diri sendiri, berdamai dengan diri sendiri, dan mulai bersahabat dengan diri sendiri dengan me-time, seperti membaca buku agar bisa menambah motivasi untuk diri sendiri, menyibukkan diri dengan melakukan olahraga, belajar, menonton film, atau mendengarkan musik yang happy agar moodnya membaik.
“Kalau aku, mencoba mencari inspirasi, salah satunya dari Sarah Keihl yang baru berusia 20an tapi bisnisnya ada di mana-mana juga temen-temen aku yang punya usaha sampai bisa beli handphone terbaru pakai uang sendiri,” tambahnya.
Tika pun bercerita bahwa kondisi saat ini yang ingin dirinya perbaiki, cita-citanya agar bisa berbelanja di market manapun tanpa melihat harga, dan ingin membuktikan kepada semua orang yang mungkin pernah meremehkan dirinya atau keluarganya, kalau ia bisa dan akan menjadi orang sukses
Selesaikan Masalah Dengan Baik
Terakhir Tika juga memberikan pesan kepada kita agar tetap bersemangat menjalani hari demi hari.
“Masalah itu seperti bayangan diri kita sendiri yang udah melekat mau lari sekencang apapun. Jadi, masalah itu ngga akan hilang mau kita berlari sejauh apapun kalau ngga di cari jalan keluarnya dan diselesaikan,” ujarnya.
“Berdamai dululah sama diri sendiri dan tanpa kita tau, selalu ada orang yang memiliki kondisi tidak semampu kita dan setidaknya mereka ingin menjadi diri kita, maka syukuri. Dengan berdamai dan cinta diri sendiri itu bisa ngebantu kita untuk siap menghadapi tantangan di masa depan,” pungkasnya. (tiwi)