CIMAHI, WWW.PASJABAR.COM– Merasa putus asa dan sedih karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, mungkin pernah kita rasakan di dalam hidup ini.
Hal ini juga pernah dialami oleh Mahasiswa STKIP Pasundan Cimahi, Muhammad Faruk Arasyid yang akrab disapa Faruk.
“Saya pernah mengalami quarter life crisis, ketika awal masuk kuliah. Dengan satu kondisi tidak berhasil masuk ke jurusan yang diminati dan di harapkan sejak lama bahkan saat di kursi sekolah,” tuturnya.
Selama satu semester Faruk mengaku putus asa,sedih berkelanjutan, galau, karena yang diharapkan dan diusahakan tidak tercapai.
“Saya pikir jurusan tersebut menunjang kepada cita-cita saat kecil. Oleh karena itu, saya merasa hilang harapan, hilang arah untuk hidup kedepannya harus seperti apa,” imbuhnya berat.
Mulai Berdamai Dengan Diri Sendiri
Namun Faruk tidak ingin membiarkan dirinya dalam bimbang berkepanjangan, ia pun mulai melakukan sesuatu, yakni berdamai dengan diri sendiri.
“Yang pertama, harus berdamai dengan diri sendiri. Maksudnya, terima kondisi tersebut dengan baik dan percayalah bahwa itu adalah bagian takdir yang terbaik dari Tuhan,” ujarnya
Yang kedua sambung Faruk adalah mengubah mindset, dari fixed mindset ke growth mindset.
“Dengan growth mindset kita sadar bahwasanya tuhan memberikan banyak kemampuan dalam diri ini. Sehingga dengan kondisi apapun kita sanggup untuk menjalani, akan terus berjuang tanpa henti hingga kesuksesan benar-benar diraih,” ulas peraih juara 1 sepakbola u-17 se Kabupaten Bandung.
Presiden mahasiswa BEM STKIP Pasundan ini juga menambahkan bahwa ia sedikit demi sedikit mengubah cara pandang tentang hidup, karena tidak selamanya hidup sesuai dengan yang kita mau. Maka apapun yang terjadi harus siap untuk bertahan dan terus berproses.
“Yang ketiga, jangan terlalu fokus ke masa depan, tapi fokuslah kepada yang kita jalani sekarang, berikan yang terbaik dan jangan lupa berdo’a. Dengan demikian yang diharapkan dimasa depan akan kita genggam,” ucapnya.
Faruk mengatakan sangat wajar seseorang mengalami quarter life crisis, dan ia yakin sebagian besar pasti pernah mengalami.
Menurutnya Quarter life crisis adalah salah satu pendewasaan diri, ketika berhasil melewatinya dengan baik maka orang tersebut tumbuh dewasa dengan baik.
“Namun, menjadi bahaya ketika tidak mampu untuk bangkit kembali. Akan hilangnya motivasi untuk melanjutkan dan mengejar yang diimpikan, maka jangan berlarut-larut,” tandasnya kepada PASJABAR.
Mencoba Refreshing dan Berdialog
Faruk juga mengatakan bahwa kita dapat melakukan hal-hal positif seperti refreshing, bisa liburan atau bermain dengan teman setidaknya untuk merelaksasi badan dan pikiran.
“Selanjutnya coba Berdialog dengan orang lain. entah itu teman, guru, keluarga, bahkan orang terdekat seperti pacar. Kita sadari bahwa tuhan memberikan anugerah akal kepada manusia, dan setiap orang punya pengetahuan dan kemampuannya masing-masing. Dengan berdialog akan ada feedback berupa saran, kritik, masukan kepada diri. Sehingga akan kembali berpikir untuk mencari solusi yang terbaik untuk kedepannya,” paparnya.
Faruk juga mengatakan bahwa ia menggali motivasi dari anak muda inspiratif yakni anak muda yang tidak menyerah walau mengalami beribu kegagalan, anak muda yang terus berjuang di segala situasi dan kondisi, anak muda yang selalu menebar kebaikan dan melakukan hal-hal kebermanfaatan dan anak muda yang berkhidmat untuk masyarakat.
“Contohnya, Andri AB, seorang pengusaha konveksi di kabupaten Bandung. Semua orang tau bahwa masalalunya kelam, tetapi beliau tetap berjuang merintis usahanya hingga sukses seperti sekarang. Dan selalu menebar kebaikan dan kebermanfaatan untuk keluarga dan masyarakat,” ujarnya.
Faruk juga berkata bahwa ia selalu bersemangat karena ia lahir dari keluarga yang sederhana, dan berproses dengan fasilitas seadanya.
“Maka yang mendorong agar hidup lebih baik kedepannya adalah keluarga. Keinginan tertinggi yaitu memberikan banyak hal untuk keluarga. saya tidak ingin hidup lebih baik sendiri. Tapi ingin bersama sama untuk hidup yang lebih baik,” jelasnya.
Ditambah ia adalah anak pertama,maka harus jadi role model untuk adik-adiknya. Dan dikemudian hari akan tiba saatnya menjadi pemimpin. Paling tidak menjadi pemimpin di rumah tangga yang tentunya harus di persiapkan dari sekarang.
“Saya juga ingin menyampaikan bahwa apa yang kita dapatkan sekarang adalah hasil dari masalalu, dan apa yang kita dapatkan di masa depan adalah hasil dari yang kita jalani sekarang. Maka teruslah berproses, teruslah melangkah, kejar impian. Jangan lupa berdo’a dan percayalah. Tuhan akan memberikan yang terbaik sebagai hadiah dari setiap ikhtiar dan do’a kita,” ujarnya.
“Masa lalu adalah pelajaran. Masa kini adalah kesempatan. Masa depan adalah tantangan.Persiapkan diri dengan baik untuk menghadapi masa depan. Tidak ada yang tahu tentang hari esok. Yang pasti, ada kesempatan tetapi ada juga tantangan sebagaimana kata Jerome polin,” pungkasnya. (tiwi)