BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Peringatan Sumpah Pemuda ke-93 tahun ini harus dijadikan momentum pemersatu bangsa seperti dilakukan para pemuda saat lahirnya ‘Sumpah Pemuda’ 28 Oktober 1928 silam.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung Tedy Rusmawan mengatakan, peringatan kali ini pun sekaligus merupakan kebangitan pemuda Indonesia untuk lebih mampu bersaing dikancah internasional dalam berbagai bidang apapun.
“Peringatan sumpah pemuda kali ini, pemuda harus kembali mengingat bagaimana perjuangan pemuda pada masa itu bahkan semangat pemuda harus terus berkobar di era ini,” ujar Tedy.
Menurut Tedy pemuda juga harus lebih bersemangat dan mampu berdaya saing. “Jadikan era momentum ini untuk menghadirkan pemuda yang berkualitas, berjiwa sosial dan solidaritas tinggi,” ucap Tedy.
Menurut Tedy, pemuda di Kota Bandung terkenal kreatif karenanya mereka harus lebih mengoptimalkan ruang-ruang yang disediakan atau sudah difasilitasi pemerintah untuk berkreasi dibidang apapun seperti bidang pendidikan, olahraga, keagamaan apapun itu.
“Ditengah pandemi ini pemuda harus lebih survive, kolaborasi, komunikasi dengan baik. Dan saya rasa patriotisme, nasionalis pemuda sekarang masih ada kok, buktinya meraka hadir disaat pendemi ini, mereka yang berjiwa sosial tinggi hadir membantu yang lain,” katanya Tedy.
Wakil Ketua II Ahmad Nugraha mengatakan pemuda dijaman sekarang harus ditingkatkan rasa kebangsaan dan nasionalismenya.
“Hal itu dinilai penting karena kita membutuhkan penerus penurun bangsa,” kata Ahmad.
Ahmad menilai perdedaan pemuda zaman sekarang dengan dulu. Pemuda jaman sekarang lebih cuek. Berbeda dengan pemuda dulu yang punya kebangsaan lebih tinggi.
“ Saya belum melihat langsung dari mereka membangun kreativitas terakit apa satu nusa satu bangsa satu bahasa,” tambahnya.
Ahmad berharap pemerintah bisa mendorong, memberikan dukungan, dan bisa memberi stimulus kepada para pemuda agar mau meningkatkan lagi rasa kebangsaan dan nasionalisme,” tuturnya.
Ia menceritakan bagaimana dirinya merasakan 3 jaman, dimana tahun 70 an pemuda rasa nasionalisme tinggi, tahun 80 an tercabik cabik dan mulai banyak ketakutan, lalu tahun 90 an giat kembali melakukan aksi.
“Ketidakadilan jelas, gerakan gerakannya bukan tanpa dasar. Beda sekarang banyak oknum memanfaatkan demo bayaran, kecintaan terhadap bangsa harus digali lagi, bukan murni kepentingan publik cenderung ada yang menungangi. Kalau sudah sifat menunggangi nasionalisme dibumbui oleh orang lain,” ungkapnya.
Ahmad pun mengisahkan, berbeda dengan dulu, untuk membeli tali rapia saja seharga Rp100 mereka harus patungan, membeli teh botol pun berrebut bahkan kadang membawa termos (tempat minum) sendiri.
“Hal ini karena rasa perjuangan demi kepentingan bangsa tinggi. Sekarang mah cenderung nongki nongki (nongkrong) di mal, di cafe, ya harus jadi bahan kajian supaya tetap hari 28 Oktober ini kita peringati. Hari ini mengingatkan kita bagaimana pemuda melaksanakan gerakan revolusioner. Ini harus dicontoh, bagaiman menjaga mentalitas kita, dididik lebih memaknai dan bukan pada kepentingan yang bisa meluluhlantakkan bangsa,” himbaunya.
Sementara Wakil Ketua III Edwin Sanjaya mengaku menyambut baik dan mengajak masyarakat khususnya pemuda, generasi milenial atau generasi z untuk menjadikan peringatan sumpah pemuda ini menjadi momentum mempersatukan pemuda Indonesia.
Meningkatkan kompetensi agar pemuda Indonesia khususnya Bandung unggul berkualitas dan bisa berperan membangun masyarakat.
“Kecenderungan secara umum saat ini turun luntur rasa patriotisme dan nasionalismenya, ya mungkin dipengaruhi berbagai faktor masuk budaya luar yang begitu masif di era globalisasi sekarang, belum informasi yang masuk juga kadang-kadang tidak tersaring dengan baik sehingga pemuda kita kehilangan jati dirinya,” keluh Edwin.
“Mudah mudahan saya harap memontem ini bisa kembali menumbuhkan patriotisme nasionalisme terhadap bangsa dan negara,” harapnya.
Soal kreativitas sendiri diakui Edwin memang anak muda sekarang kreatif terutama didukung teknologi yang semakin canggih.
“Tetapi sisi lain menurun, kecenderungan pemuda Indonesia seperti tidak peduli dengan kondisi yang ada saat ini, mereka lebih mengutamakan kepentingan dirinya dan atau kelompok saja,” ungkapnya. (mur/adv)