JUARA I LOMBA TULIS TINGKAT SMP
Ghania Hafiza
“Semangat Berkarya di Tengah Pandemi; Buka Semua Peluang Meski di Rumah Saja”
TAHUN 2021 sudah hampir di penghujung tahun, namun pandemi Corona Virus atau Covid-19 yang menimpa negaraku belum juga berakhir. Akhir bulan Oktober ini menandakan juga kalau pandemi sudah hampir mendekati tahun kedua melanda negeri ini sejak ditemukan kasus pertama pada bulan Maret 2020.
Tapi kasus covid 19 sekarang sudah terus menurun, selain kesadaran orang akan pentingnya menjaga protokol kesehatan, vaksinasi juga berperan dalam penurunan jumlah kasus baru. Karena itu, Aku sempat senang ketika akhirnya diperbolehkan adanya sekolah tatap muka atau istilah yang dipakai Pembelajaran Tatap Muka (PTM), meski pertemuan hanya dua kali dalam dua minggu.
Aku masih bersekolah di SMP Negeri 50 Bandung, Ujung Berung. Saat ini aku duduk di kelas IXD. Selama pandemi, aku hanya mengikui sekolah secara online. Jadi kalau ada yang bertanya, lebih suka mana sekolah online atau tatap muka? Jujur saja, ada kelebihan masing-masing. Awal belajar secara online di rumah terasa aneh, namun setelah setahun lebih , jadi terbiasa dan bisa disebut ada perasaan nyaman. Aku tak perlu repot harus mempersiapkan buku-buku pelajaran sesuai jadwal setiap harinya, tak perlu pergi ke sekolah pagi-pagi dan pulang sekolah harus mengerjakan pekerjaan rumah. Aku juga tak perlu repot pulang pergi naik ojek bila orangtua ku tak bisa mengantar atau menjemput di sekolah.
Tapi setelah dua tiga bulan belajar online di rumah, mulai merasakan banyak hal menyenangkan yang aku rindukan dari sekolah. Bertemu teman-teman, jajan di kantin sekolah, kumpul di organisasi OSIS, latihan angklung, ketemu teman-teman yang aktif di duta perpustakaan, serta kegiatan sekolah lainnya yang aku ikuti. Bahkan yang membuatku sedih, ternyata banyak sekali pelajaran yang hampir terlupa, padahal aku sudah kelas IX yang seharusnya lebih banyak paham soal pelejaran untuk ujian akhir tahun atau ujian pengganti US (ujian sekolah).
Ternyata jauh berbeda pembelajaran yang didapat antara online dan tatap muka. Meski ada zoom atau google classroom, tapi tetap saja, materi yang disampaikan langsung oleh guru saat tatap muka jauh lebih bisa diterima. Kenapa? Karena saat berangkat sekolah, mindset yang tertanam adalah belajar. Berbeda ketika belajar secara online, mindset kita bukan lagi hanya belajar tapi sudah banyak dicampuri hal lain.
Jadi kalau ditanya lagi, lebih senang mana belajar online atau tatap muka? Aku jawab tegas, tatap muka. Kenapa? Karena nilai-nilai saya jauh menurun saat belajar online. Belajar langsung membuat kita lebih fokus menerima materi dari guru. Walau kemudian agak khawatir juga, karena dari informasi yang aku dapat, kasus Covid-19 di kalangan pelajar mulai muncul. Hal ini menandakan ada kemungkinan tatap muka akan dikurangi atau bahkan dihentikan sementara.
Kalau benar, aku harus kembali belajar online. Kembali lagi lebih banyak beraktivitas di rumah. Bila sekolah, waktu saya bayak dihabiskan di sekolah. Berangkat jam 6.30 pagi, pulang sekolah jam 13.30, aku langsung ikut kegiatan OSIS atau duta perpustakaan sampai sore. Belum lagi kalau ada kegiatan lainnya. Tapi untungnya, sejak pandemi dan belajar online, aku juga punya kesibukan lain agar tidak bosan saat di rumah saja.
Disela belajar online, aku banyak bermain dengan hewan pengerat peliharaan. Ada sepasang hamster dan landak mini. Aku suka memelihara hewan, terutama hamster. Bukan sekedar lucu, dari memelihara hewan aku banyak belajar juga tentang bagaimana tingkah laku binatang, apa perbedaan hamster dan landak mini walau sama-sama binatang pengerat, dan banyak lagi pengetahuan yang bisa aku dapat.
Ternyata memelihara hewan juga melatih kesabaran dan disiplin. Aku harus disiplin memperhatikan waktu makan dan minum, termasuk mengganti pasir dan membersihkan kandang seminggu sekali agar hewan tidak sakit. Aku dilatih sabar saat harus membersihkan kotoran dan memandikan hewan-hewan ini. Kegiatan ini cukup membantu mengurangi kebosanan saat di rumah saja.
Tak hanya memelihara hewan, untuk mengisi waktu di rumah agar tidak bosan selain main game, aku juga suka menggambar animasi terutama anime Jepang. Aku berkreasi dengan tokoh-tokoh anime yang aku sukai. Salah satu kegemaranku ini juga yang membuatku sempat ikut perlombaan membuat kartun. Belum pernah menang, tapi setidaknya ini jmenjadi semangat aku untuk menguji kemampuanku menggambar anime. Tapi kegiatan ini sudah mulai berkurang, karena aku sudah kelas tiga SMP dan akan melanjutkan ke jenjang SMA. Aku sekarang lebih banyak tugas untuk menghadapi ujian akhir sekolah di bulan Maret atau April 2022.
Semoga saja aku bisa lulus dengan nilai baik dan bisa masuk SMA yang aku inginkan. Karenanya, meski belajar online, aku tetap melakukan kegiatan lain untuk membuatku tetap bisa berkarya dan menghasilkan hal-hal positif. Karena banyak mimpi yang ingin aku wujudkan. Makanya, Aku tetap berkarya salah satunya dengan mengikuti kegiatan lomba-lomba. Seperti yang terakhir aku ikut lomba membuat kartun anime dan video tentang pandemi.
Aku ingin menanamkan dalam diriku kalau pandemi tak akan membuat kita terkekang karena di rumah saja. Justru kita bisa ambil semua peluang saat hanya di rumah saja. Kita bisa tetap berkarya di tengah pandemi. Ini yang aku coba terus lakukan. Karyaku memang berawal dari hobiku. Tapi bukan hanya untuk menyalurkan hobi saja, tapi aku ingin karya ini nantinya bisa membawa pada cita-cita yang aku impikan; “aku ingin melihat dunia lewat karyaku”.
Penulis adalah siswa kelas XI SMP Negeri 50 Kota Bandung
Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti lomba karyatulis HUT Pasjabar ke 3
—————————————————————————————————————————–
JUARA II LOMBA TULIS TINGKAT SMP
”Jurus Menangkis Covid-19”
*) Talisa Fazhira
Pandemi Covid-19 telah melanda Indonesia selama hampir 2 tahun ini. Pemerintah Indonesia tengah giat menggalakkan berbagai program untuk menangani dampak Covid-19 dengan cermat dan mempertimbangkan berbagai aspek. Vaksinasi, pembelajaran jarak jauh, berbagai pembatasan kegiatan, hingga pemberlakuan wajib karantina untuk WNI dan WNA yang datang ke Indonesia dari luar negeri pun diterapkan. Bersyukur karena saat ini masyarakat sudah semakin melek vaksin dan sekolah di berbagai daerah sudah diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Kabupaten Sumedang patut berbangga pasalnya sebuah wilayah yang terkenal dengan julukan “Puseur Budaya Sunda” ini mendapatkan apresiasi dari Presiden Joko Widodo atas capaian vaksinasi terbaik di Jawa Barat pada akhir Agustus lalu dengan mencapai 245.116 jiwa dari jumlah 923.200 sasaran atau mencapai 26,55%. Meskipun demikian berbagai kegiatan belum bisa pulih seutuhnya, anak-anak masih lebih banyak di rumah karena kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah masih dibatasi, dengan pembagian jadwal setiap siswa hanya mendapatkan 6 hari tatap muka dalam 1 bulan.
Kegiatan yang lebih banyak dihabiskan di rumah ini tentu sangat membosankan, apalagi kegiatan belajar secara daring itu lebih banyak diganti dengan mengerjakan tugas. Selepas mengisi absen, kita akan mendapatkan materi dari guru secara daring, lalu setelah itu mendapatkan tugas yang harus segera diselesaikan hari itu juga. Tak lupa pekerjaan rumah pun harus segera dikerjakan agar tidak menumpuk di kemudian hari. Bebannya memang sama dengan masa-masa ketika belajar tatap muka di sekolah, namun bedanya saat ini aku harus mengerjakannya sendiri di rumah, tidak ada teman sebangku yang bisa saling berbagi keluh kesah satu sama lain, atau sekadar berbincang dengan teman-teman ketika jam istirahat. Kegiatan yang sama harus diulang setiap hari, suntuk dan rindu dengan segenap aktivitas yang dulu bebas, mungkin itulah yang dirasakan oleh semua anak di negeri ini. Namun untungnya aku memiliki kegiatan yang menyenangkan untuk mengatasi rasa suntuk selepas belajar.
Teman-teman memanggilku Talisa, seorang anak SMP biasa yang tinggal di sebuah desa kecil di Kabupaten Sumedang. Setelah selesai belajar aku biasanya akan menghabiskan waktu senggang untuk latihan pencak silat bersama teman-teman dari Perguruan Surta Putra Lodaya. Latihannya memang tidak dilakukan setiap hari, hanya pada hari Selasa, Rabu, Sabtu dan Minggu. Namun aku dan adikku sering melakukan latihan mandiri di rumah, selain untuk mengisi waktu senggang, kegiatan ini juga dapat mengusir rasa suntuk setelah belajar seharian. Silat menjadi olahraga kesukaanku karena menyenangkan sekaligus menjadi strategiku untuk menjaga stamina dan imun agar tetap kuat. Seni pencak silat yang diiringi dengan rampak kendang ini memperlihatkan berbagai gerakan yang menghasilkan sebuah komposisi ibingan yang harmonis antara ketangkasan dan keindahan. Setelah menguasai berbagai seni dasar, anak-anak di paguron biasanya akan mempelajari ibingan, dimulai dari parèrèd, tepak tilu dan padungdung. Pangsi warna hitam dan iket batik motif kasundaan adalah pakaian yang kami kenakan dengan gagah saat kami tampil. Sebelum masa pandemi, kami sering diundang untuk tampil di berbagai acara. Namun saat ini tidak banyak kegiatan atau tampil di luar. Terakhir kali aku dan teman-teman ikut meramaikan kegiatan Festival Adat Kerajaan Nusantara 2021 di Sumedang, menjadi sebuah kebanggan tersendiri karena aku mendapatkan peran sebagai Srikandi.
Kakekku yang juga seorang jawara silat pernah bilang bahwa nonoman atau pemuda Sunda yang menggunakan pangsi dan iket itu melambangkan kehidupan yang harus singkil, siap menjalani kerasnya hidup. Kuda-kuda memang terlihat teguh, kukuh namun badan tetap harus rengkuh, menandakan kehidupan di alam semesta yang seperti batang padi semakin besar semakin ajeg tapi bijinya justru semakin merunduk. Di masa pandemi seperti ini kita sebagai anak muda harus bisa beradaptasi, tetap membumi dan tahu dimana diri berpijak. Kakek berpesan “kudu boga rasa jeung rumasa” yang artinya harus sadar diri, memiliki makna bahwa menghadapi setiap kondisi seperti halnya pandemi Covid-19 ini bukan hanya tugas pemerintah melainkan tugas kita bersama. Jangan egois untuk hidup sendiri, karena sejatinya manusia hidup berdampingan dan saling membutuhkan.
—————————————————————————————————————————–
JUARA III LOMBA TULIS TINGKAT SMP
Tetap Produktif Di Kala Pandemi
*)M. Fadhiil MFH
Pandemi covid19 di tahun 2020 hingga saat ini seolah telah membuat semua bidang harus menghentikan atau bahkan memperlambat lajunya. Tidak hanya bidang transportasi, ekonomi, kesehatan yang terkena imbasnya, bahkan dunia pendidikan pun terkena imbasnya. Kegiatan sekolah tiba tiba harus dilaksanakan dari rumah. Banyak pelajar harus beradaptasi untuk mengikuti kegiatan belajar secara online. Awalnya memang sulit untuk beradaptasi dengan proses belajar online. Bahkan banyak diantara teman-teman sesama pelajar banyak yang kurang beruntung sehingga terpaksa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran. Ada banyak hambatan yang membuat banyak diantara teman-teman pelajar sepertiku tidak dapat mengikuti proses belajar online sebagaimana mestinya.
Hambatan yang dihadapi misalnya susah sinyal untuk area tertentu, apalagi Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan, sehingga jangkauan sinyal pada beberapa tempat sangat minim akibat terbatasnya jumlah BTS. Tidak semua siswa memiliki perangkat elektronik yang mendukung pembelajaran online. Di sisi lain mereka memiliki perangkat elektronik seperti handphone android tetapi spesifikasinya tidak dapat menjangkau kemajuan teknologi yang digunakan oleh pelajar lain pada umumnya sehingga seringkali tidak dapat mengunduh materi atau bahkan tidak dapat mengunduh sama sekali. Keterbatasan ekonomi juga menjadi penghambat untuk membeli perangkat tersebut. Selain itu bisa jadi pemenuhan kuota internet tidak dapat dipenuhi oleh sebagian pelajar. Kuota internet bukanlah hal yang murah dan mudah dibeli saat pandemi berlangsung karena banyak terjadi pemutusan hubungan kerja, atau orang-orang yang berwiraswasta tidak dapat menjajakan dagangannya sehingga mereka lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan pangan bergizi yang mendukung kesehatan di masa pandemi daripada beli kuota.
Aku bersyukur bisa mendapatkan fasilitas belajar cukup baik dari kedua orangtuaku, sehingga proses belajar online yang aku jalani hampir tidak menemui hambatan. Tetapi apakah aku hanya bisa berdiam diri saja menunggu materi belajar diberikan, mengerjakan tugas-tugas dan menghabiskan waktu senggangku percuma terlewat begitu saja?
Selama pandemi ada banyak tersedia kelas online diluar materi pembelajaran yang tentunya mendukung pembelajaran. Ya, kelas online yang tentunya menarik dan bisa mendapatkan tambahan pengetahuan. Aku coba mengikuti beberapa kelas online menulis hingga lomba menulis. Dengan mengikuti kelas dan lomba-lomba menulis kita bisa menambah kemampuan di bidang literasi, teman-teman pun bertambah banyak meski tidak bisa bertatap muka langsung.
Jadi, kata siapa pandemi bikin orang nggak bisa produktif? Selama pandemi aku sudah bisa menelurkan tiga buah buku antologi cerita dan memenangkan lomba menulis reportase. Tiga buah buku? Iya tiga buah buku. Buku pertama yang berhasil terbit di masa pandemi ini adalah buku yang menggunakan bahasa Inggris, yaitu buku yang bercerita tentang profesi pekerjaan di sekitar kita, buku kedua berisi tentang kumpulan cerpen remaja yang baru terbit di bulan Oktober 2021 dan buku ketiga akan menyusul terbit, yaitu buku yang berisi cerita tentang organ tubuh manusia.
Buku-buku tersebut adalah buku legal atau telah ber-ISBN sehingga layak untuk menjadi koleksi perpustakaan Nasional. Wah, aku harus bangga dengan potensi diri, tapi tetap harus ingat bahwa kita tetap harus rendah hati. Menyusun buku bisa menjadi cara kita menyalurkan bakat sekaligus berbagi ilmu pengetahuan. Dengan kegiatan menulis inilah bisa jadi cara buat kita untuk bercerita tentang isi hati, kerinduan, kebahagiaan, bahkan kekecewaan.
Selain mengikuti pelatihan menulis cerita dan menulis buku, di masa pandemi ini beberapa kali aku juga mengikuti lomba menulis, salah satunya lomba menulis reportase yang diadakan oleh pokja literasi kota Bandung bersama komunitas literasi infinity. Pada lomba ini, semua peserta mendapatkan kesempatan bertemu secara online dengan ibu walikota dan tokoh tokoh literasi lainnya dari lota Bandung.
Ada banyak materi berharga sebelum lomba yang kita dapatkan meski tak dapat bertemu langsung. Disini kita mengasah kemampuan melakukan reportase dengan mengikuti lomba reportase. Satu pengalaman baru buatku atau juga buat teman-teman peserta lomba lainnya. Meski untuk yang pertama kalinya, tetapi aku beruntung mendapatkan pengalaman berharga di dunia reportase hingga akhirnya bisa mendapatkan predikat juara harapan 3.
Jadi, meski pandemi covid19 berlangsung dan kita masih dibatasi gerak dan pertemuan, seharusnya tidak menjadi penghalang untuk kita dapat menimba ilmu dan pengalaman sebanyak banyaknya. Jangan berbangga menjadi kaum “rebahan” yang tak memberikan kontribusi buat bangsa kita, karena sesungguhnya menimba ilmu dan pengalaman sebanyak banyaknya adalah bekal kita untuk membangun Indonesia ketika kelak kita dewasa dan menerima secara estafet agar Indonesia makin maju.
Jangan diam dan banyak termenung ketakutan menghadapi covid19, jangan takut untuk memulai, jangan ragu untuk berkarya karena kelak karya kita inilah yang menjadi bekal untuk kemajuan Indonesia.
BIODATA PENULIS
Hai, namaku M.Fadhiil MFH. Aku tinggal di kota Bandung, kota kelahiranku. Saat ini aku duduk di kelas 8. Beberapa karyaku berupa antologi: The Animal parade a collection of stories, Colourful stories cerita warna-warni penulis berbakat, My wonderful Imagination, English PicBook, dan Menghampar rasa meraih Asa.