BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Just go with the flow itulah motto hidup Mahasiswi FKIP Unpas, Zulfa Ajda Khoiriyah, atau yang biasa dipanggil Zul.
Motto yang menginspirasi gadis yang lahir di Bandung, 2 Januari 2002 ini untuk dapat menjalani dan menikmati hidupnya dengan baik.
Selain aktif berkuliah dan mengerjakan tugas, saat ini Zul juga tengah mengajar di salah satu sekolah dan sibuk mengurus projek Ruang Metamorfosa.
“Saya berharap semoga projek Ruang Metamorfosa yang dibentuk oleh saya bersama kawan-kawan bukan hanya sekadar untuk lomba saja, semoga akan terus berproses dan dapat bermanfaat bagi masyarakat Kampung Pamekaran, Desa Tenjolaya, KecamPasirjambu. Khususnya, semoga program yang tengah kami rancang: “Perpus Metamorfosa” bisa terejawantahkan,” tuturnya.
Zul juga berkata bahwa dirinya dan teman-temannya sedang merancang sekaligus mengumpulkan buku-buku yang harapnya bisa menjadi pemantik minat baca anak-anak dan tentunya salah satu bentuk pengabdian untuk daerah setempat.
“Untuk hobi saya senang baca buku, mengonversi sebuah pemikiran lewat tulisan dan senang ngobrol sama banyak manusia untuk menambah perspektif baru,” terang penyuka warna Hitam.
Pemilik tinggi157 ini juga mengatakan bahwa ia bercita-cita untuk menjadi guru, agar dapat mengabdi.
“Pengalaman saya beberapa tahun menjadi pengajar di suatu projekan organisasi yang sempat saya ikuti, satu hal yang selalu saya tanamkan bahwa: ketika saya bertemu dengan banyak anak dengan latar belakang yang berbeda dan cita-citanya beragam pula, di sana bukan hanya mereka yang belajar kepada saya tetapi saya pun ikut belajar kepada mereka melalui proses mereka untuk meraih cita-citanya,” tandasnya.
Adapun tokoh idola Zul adalah Nawal El Saadawi, di samping karena merupakan seorang tokoh feminis, Zul juga sangat menikmati karya-karyanya.
“Saya juga selalu terinspirasi oleh diri saya sendiri setiap saatnya,” ujarnya.
Zul juga bercerita bahwa hidup yang ia maknai adalah proses metamorfosis. Layaknya fisiologi hewan dan tumbuhan, manusia mengalami proses bertumbuh untuk menjalani suatu kehidupan.
“Saya juta selalu bersemangat dalam menjalani hidup karena harsa, gelabah, memoar pilu, kebajikan yang pernah dilalui ia akan tetap menjelma dan erat sebagai identitas. Kenapa mesti takut untuk melangkah? Saya menganalogikan hidup layaknya sebuah perjalanan, apapun dan siapapun di depan saya bertemu, itu sudah menjadi bagian ‘perjalanan hidup’ saya,” ucap anak ke tiga dari dua bersaudara. (tiwi)