HEADLINE

Kiat dari Profesor Jepang untuk Kurangi Emisi Karbon di Indonesia

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM Profesor Masahiro Kawasaki dari Kyoto University mengungkapkan, untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia harus mengimplementasikan program MRV. MRV adalah singkatan dari  measuring, reporting, dan verification yang berfokus kepada aspek pendataan dan prediksi konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.

“Karena itu, kita perlu mengimplementasikan program MRV,” tutur Kawasaki dikutip PASJABAR dari laman ITB, Rabu (24/11/2021)

Seperti yang selama ini telah ia lakukan, dalam penelitian kimia atmosfer di Research Institute for Humanity and Nature Japan.  Prof Kawasaki melakukan berbagai riset mengenai kimia atmosfer, pengukuran kualitas udara, dan dinamika fotoreaksi. Ia menjelaskan, ketiga studi tersebut teraplikasikan kepada program-program MRV untuk memitigasi efek karbon dioksida berlebihan kepada lingkungan.

Salah satu dampak gas rumah kaca berlebihan, yaitu pemanasan global yang disebabkan peningkatan emisi global sebanyak 35Gt di 2020. Sumber emisi global tersebut, dapat berupa aktivitas-aktivitas bersifat natural atau antropogenik.

Contohnya, kata Kawasaki di Kalimantan, warga sering menderita efek kabut yang berasal dari pembakara hutan dan gambut. Kabut ini menurunkan jarak penglihatan, kesehatan masyarakat, dan berbahaya terhadap lingkungan.

Keluar Indonesia

Selain itu, kabut dapat merambat ke negara lain di luar Indonesia,  sepert Singapura dan Filipina. Maka dari itu, tingkat emisi gas rumah kaca harus diminimalisir agar dampaknya terhadap temperatur dan lingkungan berkurang.

Menurut Kawasaki, pengukuran MRV terhadap pembakaran hutan dan gambut, tergantung pada jenis pembakaran yaitu panas dan dingin. Pembakaran panas yang bersifat carbon neutral, menyebabkan kekeringan dan berujung kebakaran hutan. Sedangkan pembakaran dingin, bersifat carbon loss menyebabkan penguraian tanah dalam kondisi aerobik.

“Dua-duanya berkontribusi terhadap emisi karbon dioksida di Indonesia, tetapi dampak terhadap lingkungan berbeda. Jika pembakaran panas, dapat dipulihkan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Pembakaran dingin mengakibatkan kerusakan permanen, terhadap lingkungan,” sambung Kawasaki.

Salah satu program MRV adalah observasi satelit, yang mendeteksi lokasi polusi udara serta intensitas emisi. Program lainnya, field sampling dengan sensor untuk mendata konsentrasi gas rumah kaca dan visibilitas lingkungan, yang dipengaruhi  jumlah dan ukuran partikel gas. Observasi air tanah pun, dapat memprediksi terjadinya kebakaran hutan. (ytn)

Yatti Chahyati

Recent Posts

Sustainability Bond bank bjb Oversubscribed Hingga 4,66 Kali

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…

10 jam ago

Sengit! Persib Kandaskan Borneo FC Lewat Gol Ciro Alves

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…

11 jam ago

Cucun Syamsurijal Laporkan Anggota DPRD Kab. Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…

11 jam ago

Cucun Syamsurijal: Pilkada Ibarat Sepak Bola

KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…

12 jam ago

Peluang Emil Audero di Timnas Indonesia Kata Erick Thohir

WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…

13 jam ago

Insting Shin Tae-yong Terbukti di Laga Kontra Arab

WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…

14 jam ago