BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Plt Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan performa BUMD di Kota Bandung secara umum buruk.
“Kita lihat dari laporan keuangannya saja. Nilai laporan keuangan BUMD di kota Bandung rata-rata B,” ujar Yana kepada wartawan Rabu (5/1/2022).
Padahal lanjut Yana tingkatan nilai itu dimulai dari C, CC, CCC hingga AAA. Sementara performa laporan keuangan BUMD nilainya baru B dan ditargetkan baru A.
Salah satu yang kadarnya buruk adalah Perumda Tirta Wening, yang mengalami kebocoran sekitar 49 persen.
“Kalau kapasitas mereka sekitar 27 ribu liter per detik, kehilangan 49 persen berarti hilang sekitar 13 ribu liter per detik,” katanya.
Yana mengatakan jika PDAM kehilangan 13 ribu liter per detik, semestinya Kota Bandung terendam. Contohnya ketika terjadi kebocoran di Jalan LLRE Martadinata satu titik saja bisa membuat jalan banjir.
Karenanya Yana berasumsi kebocoran air terjadi lebih pada maladministrasi. Misalnya terkait pencurian air atau piutang yang mungkin tidak tertagih.
“Kalau kondisinya memang begitu berarti kan ini yang salah manajemennya, sudah tahu ada kebocoran kenapa tidak ditanggulangi,” katanya.
Menggapi hal ini, Direkrut Utama Perumda Tirtawening Kota Bandung, Sonny Salimi mengakui berdasarkan audit teknis 2016 kebocoran yang dialami sampai 49 persen.
“Namun sekarang sudah turun sebanyak 6 persen,” ujar Sonny.
Menurutnya berdasarkan RPJMD penurunan harus sampai 43 persen. Hal ini agak sulit karena untuk menyelesaikan tingkat kehilangan air identik dengan mengganti pipa secara massal.
“Karena pipa yang tertanam di kota Bandung sudah usianya rata-rata di atas 30 tahun,” tuturnya.
Terlebih pipa yang dibuat pada zaman dulu, terbuat dari galvanis sehingga sangat rentan terjadi korosi. Menurut Sonny jika satu batang pipa panjangnya 6 meter, maka bisa dibayangkan berapa banyak sambungan di peta pipa air se-Kota Bandung.
“Panjang pipanya sampai ratusan ribu kilometer dengan panjang satu batang pipa, kurang lebih enam meter maka sambungannya pasti akan banyak,” katanya.
Sehingga jika terjadi kebocoran tidak akan kentara mengingat kebocoran sangat mungkin terjadi di sambungan pipa. Kecuali jika kebocoran 49 persen terjadi di satu titik, maka akan kentara dan bisa mengakibatkan banjir besar.
“Kalau kebocorannya sedikit-sedikit dan di banyak tempat, maka tidak akan terlihat secara signifikan tapi jika dijumlahkan bisa berakibat jumlah kebocoran yang cukup besar,” tambahnya.
Menurut Sonny kebocoran bisa sampai 800 liter per detik dari debit air yang dihasilkan Perumda Tirtawening sekitar 2.000 liter per detik.
Sonny mengakui selama ini terjadi kebocoran fisik, artinya kebocoran yang terjadi pada infrastruktur bukan kebocoran administrasi yang diakibatkan karena kehilangan air atau pencurian air.
“Makanya, untuk menanggulangi kebocoran air ini diperlukan biaya tidak sedikit. Sekitar Rp1,8 triliun, hitungan itu dilakukan sekitar tahun 2016. Jika perbaikan itu dilakukan sekarang, maka jumlahnya dipastikan akan naik, mungkin sekitar Rp2 triliun,” pungkasnya (put)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…