BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Dosen Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (RIL) ITB Dr. I Made Wahyu Widyarsana beserta timnya, turut berpartisipasi mewujudkan Citarum Harum. Melalui program pengabdian kepada masyarakat (PKM) skema top-down Citarum Harum. Wahyu menyebutkan program ini, salah satu program PKM ITB yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ITB (LPPM ITB).
“Ini merupakan keunikan kami. Kami mulai mengidentifikasi karakteristik (wilayah, masyarakat, karakteristik sampah, serta pengelolaan eksisting termasuk permasalahannya) di sana. Diawali dengan melakukan penelitian yang sistematis,” kata Wahyu seperti dikutip PASJABAR dari laman itb, Kamis (13/1/2022).
Setelah melakukan identifikasi dan karakterisasi, Wahyu dan timnya menganalisis karakteristik yang diperoleh, kemudian merumuskan solusi atau rekomendasi aksi sebagai upaya meningkatkan kualitas pengelolaan sampah di daerah aliran Sungai Citarum.
Menurutnya, mahasiswa yang tergabung di timnya berkontribusi aktif dengan ide-ide kreatif dan inovatif mencerminkan generasi milenial. Mereka memulai program aksi PKM ini dari ranah pendidikan disertai sosialisasi dan kampanye ke masing-masing desa. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan “Citarum Harum” yang mudah diresapi agar terbentuk kesadaran individu dan komunitas.
Mereka menyampaikan insight positif cara mengolah sampah dengan baik, bahkan hingga bernilai ekonomi (konsep ekonomi sirkular). Tak hanya itu, mereka juga membuat poster sederhana yang berisikan informasi pelaksanaan program Citarum Harum yang dirancang oleh Wahyu dan tim PKM. Ada pula laporan kinerja mereka dalam bentuk buku ber-ISBN yang tengah dalam proses penerbitan. Buku ini bertajuk “Langkah Awal Membersihkan Desa”.
Wahyu berharap seluruh pihak dapat bersinergi untuk menyelesaikan apa yang timnya telah rintis. Wahyu dan tim telah membuat komposter dan biodigester portable, sebagai bentuk partisipasi dalam bentuk fisik. Untuk empat desa prioritas yang dialiri sungai di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung. Desa prioritas itu yaitu Desa Langonsari, Desa Sukasari, Desa Rancatungku, dan Desa Rancamulya.
“Publikasi juga dilakukan untuk merangkul pihak yang tertarik, untuk berpartisipasi supaya program yang telah diinisiasi dari PKM ini dapat terealiasi lebih optimal dan menyeluruh. Khususnya, di wilayah desa tersebut dan Sungai Citarum (hulu sampai hilir), pada umumnya,” ungkapnya.
Wahyu mengatakan adanya pandemi menjadi tantangan terbesar, dalam menjalankan program ini. Selain itu, timnya memiliki keterbatasan saat berkoordinasi dengan pemerintah lokal, seperti kepala desa, camat, dan pihak lainnya.
Hal ini merupakan imbas dari fluktuasi kondisi pandemi COVID-19, sehingga agenda yang sudah disepakati seringkali berubah. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat di sekitar daerah aliran sungai turut menyulitkan Wahyu dan tim.
“Banyak waktu yang dihabiskan untuk mengedukasi masyarakat terlebih dahulu. Kemudian, baru bisa menyampaikan konsep program serta implementasi,” tambahnya. (ytn)
Oleh: Dr. H. Deden Ramdan, M.Si, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unpas (Negarawan dalam Pilkada Serentak…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Sebanyak enam ribuan masyarakat dari berbagai daerah di Jawa Barat menggelar aksi…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat, Daddy Rohanady, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kinerja…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM-- Dinda Vanisa Istianti yang akrab Dinda adalah mahasiswi semester lima di Program Studi…
WWW.PASJABAR.COM – Kevin Diks sudah resmi menjadi WNI setelah menjalani sumpah WNI. Dia tinggal melakukan perpindahan…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM-- Auliya Ilmi Salimah, atau akrab disapa Aul, lahir di Subang pada 29 Juli…