JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM – Dalam menghadapi lonjakan kasus omicron, pemerintah melakukan berbagai langkah penanganan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, berkaca dari puncak gelombang kenaikan kasus akibat varian delta pada 2021 lalu, ketersediaan obat juga menjadi fokus Kementerian Kesehatan.
Di awal tahun 2022, Kemenkes telah mendatangkan 400 ribu tablet molnupiravir sebagai obat terapi tambahan untuk pasien COVID-19 gejala ringan. Obat ini telah tersedia di Indonesia dan siap diproduksi dalam negeri pada April atau Mei 2022 oleh PT Amarox.
Selain molnupiravir, Kemenkes juga akan mendatangkan paxlovid yang rencananya akan tiba pada Februari. Obat-obat ini rencananya akan didistribusikan secara merata hingga ke apotik-apotik.
”Obat ini bukan hanya di puskesmas maupun RS Pemerintah, nantinya juga akan tersedia di apotik-apotik sesuai dengan jenisnya. Yakni obat yang bisa dibeli umum dan obat yang bisa didapatkan hanya dengan resep dokter,” tuturnya seperti dikutip PASJABAR dari laman kemkes, Selasa (18/1/2022).
Lebih lanjut terkait kesiapan rumah sakit, ia menjelaskan meski menular dengan sangat cepat, namun gejala pasien omicron tergolong lebih ringan. Sehingga tingkat perawatan untuk pasien dengan gejala sedang maupun berat yang membutuhkan perawatan di RS, presentasenya jauh kebih rendah dibandingkan varian delta.
”Di negara-negara tersebut (yang mengalami puncak kenaikan kasus omicron) hospitalisasinya antara 30 – 40 persen dari hospitalisasi delta. Jadi walaupun penularan dan kenaikannya lebih cepat dan tinggi, tapi hospitalisasinya lebih rendah,” imbuhnya.
Di Indonesia, katanya, juga mengalami hal serupa. Dari total 500-an kasus konfirmasi omicron sebagian besar gejalanya ringan bahkan tanpa gejala, hanya tiga pasien yang membutuhkan oksigen tambahan. Proses recovery juga lebih cepat, tercatat sekitar 300 pasien telah dinyatakan sembuh dan sudah diperbolehkan pulang. (ytn)