KUNINGAN, WWW.PASJABAR.COM — Bunda Asuh Disabilitas Jawa Barat (Jabar) Atalia Praratya Ridwan Kamil membeberkan, penyandang disabilitas harus memiliki hak yang sama dalam berbagai hal. Tak terkecuali terkait dengan hak mendapatkan pendidikan yang sama.
“Itulah kenapa, siapapun harus memiliki kesempatan yang sama (pendidikan, termasuk masyarakat disabilitas,” kata Atalia.
Lewat pendidikan, harkat dan martabat penyandang disabilitas ini bisa terangkat. Selain mendapatkan ilmu, penyandang disabilitas juga bisa diajarkan untuk mengeluarkan potensi diri yang berujung pada raihan prestasi.
“Kalau kita lihat bahwa pendidikan menjadi satu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Kita lihat bagaimana seseorang yang bisa keluar dari kondisi eksisting, bagaimana dari sisi kemiskinan, atau bagaimana kemudian mereka menjadi manusia-manusia yang termarjinalkan kemudian mampu menorehkan kebanggaan,” jelas Atalia.
Oleh karena itu, peranan yayasan atau Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk penyandang disabilitas sangat penting. Salah satunya adalah Yayasan Taruna Mandiri di Kabupaten Kuningan, yang kini sudah berusia 27 tahun.
“Kita ketahui bahwa 27 tahun sudah berdiri. Dengan kokohnya yayasan ini, dengan mampu menghadirkan banyak sekali para lulusan dan termasuk juga banyak yang saya catat di sini ada banyak sekali penghargaan yang ditorehkan,” imbuhnya.
Menurut Atalia, Yayasan Taruna Bakti mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berprestasi di berbagai bidang dan level. Misalnya, ada salah satu alumni yang pernah menyumbang medali perak dalam event Paralimpiade Tokyo 2020 dari cabang Para-Badminton.
“Di antaranya pernah menjadi juara dua festival band. Alumni-alumninya menjadi penyumbang medali di event nasional, Asean (Asia Tenggara), Asia, dan juga Olimpiade,” sambungnya.
Prestasi-prestasi yang didapatkan oleh yayasan ini tidak terlepas dari sosok Doktor Elon Carlan. Sebagai Ketua Yayasan, sosok Elon Carlan banyak menginspirasi masyarakat khususnya para penyandang disabilitas.
“Pak Elon menjelaskan begitu lugasnya dari hati, tentang perjalanan hidup beliau. Dan saya melihat mungkin semakin banyak manusia atau individu, yang mereka bisa memberikan inspirasi kepada kita. Tidak mudah perjalanan panjang beliau, dari mulai beliau masuk dari satu tempat ke tempat lain, kemudian beliau menjadi pemijat dan sebagainya,” katanya
“Saya terenyuh begitu beliau mendapatkan penghargaan dari pak Presiden dengan piala dan sebagainya beliau kembalikan. Karena beliau berpikir, beliau ingin membuat sebuah yayasan pendidikan. Dan saya melihat ini adalah sebuah proses yang luar biasa. Karena hanya dengan pendidikan, seseorang bisa melompat dari kondisi yang ada,” imbuhnya
Jabar sendiri saat ini telah memiliki Perda Nomor 7 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Disabilitas. Perda mengatur hak – hak dasar disabilitas di antaranya mendapatkan pendidikan. Sebagai turunan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga telah menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 9 tahun 2020 tentanf Roadmap Jawa Barat Tolak Kekerasan yang salah satunya mendorong penolakan kekerasan kepada kaum disabilitas. (*/ytn)