BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Mantan Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, BPPT, periode 2017-2021, Wahyu Widodo mengatakan berdasarkan RPJMN Indonesia tahun 2020-2024, Indonesia memiliki sembilan prioritas riset nasional. Di antaranya transportasi, pertahanan keamanan, dan kemaritiman.
Untuk bidang transportasi, pihaknya sedang melakukan kajian terkait proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya.
“Kami sedang membahas ini dan menduga pembangunan treknya akan membutuhkan biaya yang besar,” katanya seperti dikutip PASJABAR dari laman itb, Jumat (4/2/2022).
Dari segi transportasi terutama dalam hal kereta cepat, Indonesia tertinggal dalam hal high speed train (HST) growth trend and market potential. Diharapkan dengan adanya proyek kereta cepat yang dikerjakan bisa mengejar negara lain.
Kemudian pada bidang pertahanan dan keamanan, terdapat 11 prioritas riset dan inovasi. Misalkan pada pengembangan kapal selam, rudal, pesawat tempur, dan alutsista lainnya. Melalui pengembangan ini Indonesia berhasil menciptakan berbagai alat-alat canggih salah satunya medium altitude long endurance (MALE) yang bernama PUNA MALE. Alat ini bahkan memiliki kompetitor dari negara lain seperti Iran dengan SHAHED 129.
Tidak jauh beda dengan bidang pertahanan dan keamanan. Bidang kemaritiman juga terus melakukan pengembangan, sehingga melebihi standar yang ada. Meskipun begitu, standardisasi teknologi ini terus dilakukan ke depannya.
Untuk itu selain pada proses hulu dalam riset, perlu fokus pada hilirisasi yang dilakukan terhadap hasil riset dan inovasi yang ada di Indonesia.
Untuk itu, pemerintah harus ikut andil dalam hilirisasi ini. Beberapa isu strategis terkait hilirisasi yakni pemanfaatan IPTEK sebagai penghela pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, peningkatan kapabilitas adopsi dan teknologi inovasi, penciptaan ekosistem inovasi, dan peningkatan efektivitas pemanfaatan dana Iptek-Inovasi. Daya saing dan inovasi tentu menandakan proses hilirisasi.
Wahyu memaparkan, selama 10 tahun terakhir, peringkat Indeks Daya Saing Global Indonesia mengalami penurunan. Terlihat peringkat Indonesia pada tahun 2010 lebih baik daripada tahun 2019. Selain itu Indonesia medapat skor terburuk sebesar 37.7 dari 100 pada kapabilitas inovasi.
Ditambah lagi skor indeks inovasi global asia pasifik hanya mencapai 26,49% sehingga menempatkan kita berada jauh di bawah Singapura dan Korea Selatan. Dari data ini sangat jelas bahwa Indonesia perlu meningkatkan kualitas riset dan inovasi.
“Dalam menghasilkan suatu inovasi, setidaknya empat proses harus dilalui. Proses tersebut dimulai dari ideasi, purwarupa, industrialisasi, hingga komersialisasi. Pada tahap komersialisasi terdapat banyak kendala seperti riset yang tidak sejalan dengan kebutuhan industri, hasil riset yang hanya mencapai prototipe, dan lain-lain. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan GAP antara investor dan perindustrian,” beber Wahyu. (*/ytn)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Banjir kembali melanda Dayeuhkolot dan Bojongsoang meski sudah dibangun berbagai infrastruktur…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengungkapkan bahwa guru adalah pahlawan sejati dalam pidatonya…