PASKESEHATAN

Pentingnya Biosensor dalam Diagnosa COVID-19

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COMGuru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Yeni Wahyuni Hartati, M.Si., menjelaskan perangkat medis biosensor berperan penting di tahap diagnosis COVID-19. Adanya perangkat ini menjadikan diagnosis COVID-19 menjadi lebih praktis dengan tetap memiliki tingkat sensitivitas tinggi, hasil cepat, hingga mudah digunakan.

“Jika dibandingkan dengan teknik laboratorium lainnya, pada umumnya memerlukan waktu lama dengan volume sampel yang tinggi, dan teknisi yang harus terlatih, begitu kompleks,” ujarnya seperti dikutip PASJABAR dari laman unpad, Senin (7/2/2022).

Dalam tahap diagnosis, biosensor digunakan dalam tiga metode pengujian cepat COVID-19. Pengujian dengan biomarker asam nukleat atau yang umum dilakukan berupa PCR , antigen, dan antibodi. Pengujian dengan biomarker dinilai lebih menjanjikan dibandingkan dengan metode analisis lainnya.

“Biosensor ini metode yang cepat, sensitif, bisa di tempat, dan tentunya harganya jauh lebih murah daripada metode yang lain,” imbuhnya.

Karena sifatnya yang andal untuk diagnosis dan pemantauan (tracing), piranti ini telah berperan penting dalam pengembangan vaksin COVID-19. Pasalnya, pengembangan vaksin memiliki sejumlah tantangan, salah satunya membutuhkan alat pemantauan dari suatu penyakit yang andal.

Menurutnya, biosensor tidak hanya digunakan untuk tahap diagnosis, biosensor juga berperan dalam proses perawatan dan monitoring kesehatan. Bahkan, piranti ini dapat digunakan untuk monitoring dari rumah dan menyajikan data yang berkala.

Seiring kemajuan teknologi, telah ditemukan biosensor yang dapat dipakai langsung untuk memonitor konidis pasien COVID-19. Biosensor ini dapat ditempel di dada pasien tanpa perlu bantuan apapun dan dapat langsung dibuang setelah dipakai.

Piranti ini mampu mampu merekam suhu tubuh, laju pernapasan, saturasi oksigen, jejak EKG, hingga detak jantung pasien yang datanya dapat dikonversi dan disajikan secara berkala.

“Ini juga bisa digunakan untuk melakukan analisis dampak kesehatan di masa depan,” sambungnya.

Selain itu, piranti ini dapat digunakan untuk memonitor kualitas nutrisi pasien, memonitor lingkungan untuk mendeteksi kadar virus di udara, pendeteksian bakteri bawaan pada pasien, hingga prediksi kesehatan di masa depan. (*/ytn)

Yatni Setianingsih

Recent Posts

KPU Kota Bandung Siapkan TPS Alternatif untuk Antisipasi Banjir

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung telah mengambil langkah alternatif menghadapi potensi…

22 menit ago

BMKG: Hujan Diprediksi Berlangsung November 2024-Februari 2025

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan bahwa puncak musim hujan untuk…

1 jam ago

KPU Fokus Tingkatkan Partisipasi Pemilih Jelang Pilkada 2024

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menetapkan target partisipasi pemilih pada Pilkada Serentak…

2 jam ago

Pemkot Bandung Targetkan Ritasi Sampah 140 per Hari

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat upaya pengelolaan sampah dengan target mengurangi…

3 jam ago

Pemda Pemprov Jabar Komitmen Latih Pendidik jadi Guru Penggerak

KOTA CIREBON, WWW.PASJABAR.COM -- Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat (Pemda Pemprov Jabar) berkomitmen melatih seluruh…

4 jam ago

Belantara Foundation Libatkan Siswa dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Universitas Pakuan bersama Belantara Foundation melibatkan siswa SMA Negeri 1 Sukaraja, Kabupaten…

4 jam ago