PASNUSANTARA

Infrastuktur Objek Wisata Harus Diperhitungkan untuk Antisipasi Kecelakaan di Kawasan Wisata

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM Caretaker Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM, Prof. Bambang Agus Kironoto menilai kecelakaan kendaraan yang terjadi di kawasan wisata diakibatkan berbagai faktor.

Mulai dari aspek manusia seperti kelalaian, keterampilan pengemudi, kemudian faktor cuaca yang berdampak pada kondisi jalan. Faktor lainnya adalah kondisi infrastruktur dan kendaraan.

Sementara itu Dr. Ir. Dewanti, M.S menuturkan pariwisata merupakan penyumbang PDB, devisa, dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Sesuai dengan data World Travel & Tourism Council (WTTC), pendapatan sektor pariwisata di Indonesia berada pada ranking 9 dunia, peringkat 3 di Asia dan peringkat 1 di Asia Tenggara.

“Oleh karena itu, cukup wajar jika Presiden Jokowi menetapkan pariwisata sebagai leading sector sehingga harus mendapat dukungan dari kementerian lainnya,” katanya seperti dikutip PASJABAR dari laman ugm, Selasa (1/3/2022)

Dewanti menyebutkan topografi menuju kawasan wisata harus diperhitungkan. Kondisi jalan dan lingkungan seperti geometri jalan yang sub standar, keberadaan selokan maupun jurang yang berbahaya, serta terdapat alat pengatur lalu lintas yang belum berfungsi maksimal. Beberapa hal tersebut perlu didukung dengan upaya pemenuhan kriteria jalan berkeselamatan seperti forgiving road, self explaining road, self regulating road, dan self enforcing road.

Permasalahan lainnya banyak dijumpai terkait kondisi kendaraan tidak laik jalan, seperti kendaraan tidak sesuai spesifikasi, perlengkapan kendaraan, dan desain kendaraan. Belum lagi permasalahan kondisi pengemudi seperti kesehatan, kecakapan, perilaku, dan sebagainya.

“Beberapa hal tersebut tentu berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan di lokasi pariwisata,” ucapnya.

Konsep 5E`s

Oleh karena itu, menurut Dewanti, perlu konsep penanganan yang baik. Konsep tersebut meliputi 5 E’s, yaitu Education, Encouragement, Engineering, Enforcement, and Evaluation dan Ethic.

Sementara pendekatan yang perlu dilakukan adalah melalui pendekatan pre-emtif, preventif, dan represif yang meliputi pencegahan hingga penerapan hukuman.

“Beberapa pendekatan di atas dilakukan oleh seluruh stakeholders sesuai perannya yaitu pemerintah, kepolisian, serta dukungan masyarakat dan komunitas,”ujarnya.

Di sisi lain, katanya, kearifan lokal masyarakat sekitar lokasi wisata sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran akses menuju kawasan wisata seperti pengaturan lalu lintas agar tetap lancar. Ada baiknya pula perlu dilakukan audit keselamatan lalu lintas kawasan wisata secara berkala. (*/ytn)

Yatni Setianingsih

Recent Posts

DPRD Kota Bekasi Terus Matangkan RAPBD 2025

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi tengah mematangkan pembahasan Rancangan Anggaran…

23 menit ago

Dua Bakal Calon Memperebutkan Posisi Ketua IKA Unpad

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Dua bakal calon akan bersaing menjadi Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas…

2 jam ago

14 Ranperda akan Ditetapkan DPRD Jabar pada 2025

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM --  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat telah menetapkan target untuk menyelesaikan…

10 jam ago

Silvio Escobar Memberanikan Diri Dikhitan Setelah Mualaf

WWW.PASJABAR.COM -- Silvio Escobar, pemain naturalisasi ini sangat terheran-heran dengan Indonesia, dan akhirnya memilih menjadi…

11 jam ago

Akun Instagram Mees Hilgers Diserang Suporter Kecewa

WWW.PASJABAR.COM -- Akibat tidak bisa bermain membela Timnas Indonesia, akun Instagram Mees Hilgers diserang oleh…

12 jam ago

Kevin Diks Ingin Segera Cetak Caps untuk Indonesia

WWW.PASJABAR.COM -- Kevin Diks mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa (12/11/2024) sore WIB. Ia…

13 jam ago