BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., berharap pada Dies Natalis ITB ke-63 pada 2 Maret 2022, akan semakin menguatkan peran ITB sebagai “a locally relevant and globally respected university”.
Dalam dies natalis ini, ITB memberikan penghargaan kepada para sivitas akademika yang memiliki kontribusi unggul di bidang pengajaran, penelitian, karya inovasi, dan pengembangan institusi.
Jumlah penghargaan yang diberikan sebanyak 58 penghargaan dengan rincian 12 penghargaan di bidang pengajaran, 12 penghargaan di bidang penelitian, 22 penghargaan di bidang karya inovasi, dan 12 penghargaan di bidang pengembangan institusi.
“Saya mengajak seluruh kolega dosen, tenaga kependidikan, para mahasiswa dan kita semua, untuk terus menjaga dan memperkuat kebersamaan kita, guna memantapkan langkah melewati masa krisis akibat pandemi COVID-19, serta turut berkontribusi dalam mewujudkan pemulihan ekonomi nasional demi kemajuan ITB dan bangsa Indonesia, serta demi kebaikan bersama masyarakat dunia,” katanya seperti dikutip PASJABAR dari laman itb, Jumat (4/3/2022).
Ia menjelaskan, ITB lahir, tumbuh, dan berkembang dari keragaman Indonesia melalui perjuangan segenap putra dan putri terbaik bangsa Indonesia dari beraneka ragam daerah dan suku, dari segenap penjuru Nusantara.
“ITB lahir dalam kebhinekaan, serta tumbuh dan berkembang dalam kebhinekaan. Dalam kebhinekaan tersebut, putra dan putri terbaik bangsa menjalin persatuan untuk mewujudkan sebuah tujuan bersama, yaitu memajukan NKRI melalui penguasaan, pemajuan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta ilmu-ilmu sosial dan humaniora,” ungkapnya.
Tantangan
Saat ini ada, katanya sejumlah permasalahan dan tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, yang dirumuskan dalam dokumen “Reimagining Our Futures Together: A New Social Contract for Education”, yang diterbitkan oleh UNESCO di tahun 2021.
Berdasarkan hasil kajian dari International Commission on the Futures of Education, sambungnya, dokumen tersebut mengajak untuk melihat perkembangan kondisi-kondisi dunia saat ini, serta perjalanan menuju tahun 2050 dan masa-masa sesudahnya.
Kajian tersebut mempelajari berbagai krisis yang dialami berbagai bangsa di dunia, mencakup krisis ekonomi dunia, krisis lingkungan, serta krisis kesehatan dan dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19.
“Kesimpulan penting yang dinyatakan dalam dokumen tersebut adalah bahwa kondisi dunia saat ini tengah berada pada turning point. Sebagai gambaran, ketika berbagai bangsa di dunia bergerak untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan kemajuan-kemajuan, kita telah mengeksplorasi lingkungan secara berlebihan, sehingga menimbulkan ancaman bagi keberlangsungan hidup kita semua,” sambungnya.
“Memperhatikan kondisi-kondisi tersebut di atas, menjadi penting bagi semua pihak untuk memikirkan generasi masa kini dan generasi-generasi masa depan, untuk bisa mengatasi kesenjangan-kesenjangan dan menjamin pemenuhan hak-hak asasi,” tutupnya. (*/ytn)