BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) bersama Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jabar terus menyosialisasikan program Analog Switch Off (ASO). KPID pun membeberkan keuntungan di balik peralihan tayangan analog menuju digital.
Ketua KPID Jabar Adiyana Slamet menjelaskan, penyiaran bagian dari ketahanan negara. Sehingga, industri penyiaran tak bisa dianggap remeh. Sebab, lanjut Adiyana, penyiaran bagian dari ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (Ipoleksosbudhankam) suatu negara.
“Pertahanan era modern (digital) ini bukan bicara soal tank baja atau AK47, dan lainnya. Tetapi, penyiaran bisa menjadi bagian kekuatan halus yang dikembangkan untuk melihat infiltrasi dari negara-negara lain ke Indonesia,” kata Adiyana saat rangkaian Hasiarnas di Gedung Sate, Selasa (22/3/2022).
Lebih lanjut, Adiyana mengatakan digitalisasi penyiaran bisa menjadi penguat kebudayaan. Selain itu, lanjut dia, program digitalisasi penyiaran atau ASO ini akan membuka lapangan kerja baru.
“Dari hasil riset ada 232 ribu lapangan kerja baru. Ini adalah peluang-peluang dalam industri penyiaran,” kata Adiyana.
Adiyana menyebutkan digitalisasi penyiaran akan membuka industri kreatif di daerah-daerah, bahkan hingga desa. Terutama yang telah bergerak dalam bidang industri penyiaran berbasis terestrial. Sebab, akan didukung dengan internet berkecepatan tinggi.
Kendati demikian, Adiyana tak menampik menemukan beberapa kendala sepanjangan mempersiapkan program ASO gelombang pertama pada akhir April 2022. Salah satunya soal izin sewa multipleksing atau MUX lembaga penyiaran.
“Ada lembaga penyiaran yang mengeluhkan soal sewa MUX. Memang ini harus berkeadilan. Kemudian soal area blank spot, dan sosialisasi belum ke semuanya,” kata Adiyana.
KPID dan Diskominfo Jabar hingga saat ini terus lakukan sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ASO. Sosialisasi ini dilakukan sejak tahun-tahun sebelumnya.
Bantuan STB
Pemerintah juga menerbitkan peraturan tentang bantuan set top box (STB) TV digital bagi keluarga prasejahtera. STB ini merupakan alat bantu untuk menangkap siaran digital, tanpa harus membeli TV baru.
“Data yang kami terima, bantuan STB untuk masyarakat Jabar itu kurang lebih 1,116 juta,” kata Adiyana.
Adiyana mengatakan jumlah bantuan tersebut jika dikomparasikan dengan penduduk di Jabar sebanyak 50 juta jiwa, maka terbilang kurang ideal. Namun, lanjut dia, STB ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat prasejahtera yang memiliki televisi.
“Jadi, tak semua masyarakat prasejahtera memiliki televisi,” kata Adiyana.
Adiyana menambahkan untuk anggaran dan penyaluran bantuan STB itu merupakan ranah pemerintah pusat.
Sementara itu, Kepala Diskominfo Jabar Ika Mardiah mengatakan ASO akan mengubah siaran TBV lebih jernih dan canggih. Bahkan, lebih murah dari segi produksi bagi lembaga penyiaran.
“Analog ini hanya perusahaan besar yang mampu. Dengan digital ini diharapkan muncul lembaga penyiaran di daerah-daerah,” kata Ika.
Pihaknya akan terus menyosialisasikan dan mendorong agar masyarakat paham tentang ASO. Ia juga berharap ASO menjadi peluang usaha bagi pelaku industri kreatif di desa-desa.
Sekadar diketahui, gelombang pertama ASO dilakukan pada 30 April mendatang. Ada 12 daerah di Jabar yang masuk tahap pertama, yakni Kabupaten Garut, Cirebon, Kuningan, Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya, Cianjur, Sumedang, Majalengka, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. (uby)