CIMAHI, WWW.PASJABAR.COM– SapiButek “Satukan Pikiran Bulatkan tekad” itulah motto dari mahasiswa STKIP Pasundan, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Semester VI, Fadil Muhammad Rahmanudin atau yang akrab disapa “Fadil”.
Motto itu pula yang membuat pemuda yang lahir di Ciwidey, Kabupaten Bandung, 10 Juni 2000 ini selalu bersemangat dalam menjalani segala aktifitasnya.
“Untuk Hobi banyak yang saya suka lakukan dan coba untuk saya tekuni sekarang, mulai dari Foto dan Videografi, Film making, Music Producing, menulis dan tentu saja bermain game dikala senggang,” terangnya kepada PASJABAR, Seninm (18/4/2022).
Jika membicarakan tentang empat hobi pertama yang ia sebutkan, sambungnya berfokus kepada proses kreatif karena memang itu yang membuatnya nyaman untuk melakukan suatu hal.
“Beberapa bulan terakhir ini saya lebih berfokus di foto dan Videografi dan music producing karena saya tergabung kedalam sebuah “Creative Production House” bernama Pstche Disorder yang sekarang menggarap sebuah Short Film,” ujarnya.
“Alasan saya mempunyai hobi mulai dari fotografi hingga musik producing, adalah saya selalu tertarik dan menyukai konsep “mengabadikan cerita”, dibalik sebuah jepretan kamera, roll video atau notasi musik, pastilah ada sebuah cerita yang ingin disampaikan, dan saya selalu ingin menjadi sebuah bagian dari cerita tersebut,” imbuhnya.
Fadil pun berharap ingin menjadi manusia yang dikenal sebagai insan yang memang berguna bagi sesamanya dan tidak membawa kesulitan bagi orang lain.
Hal tersebut selalu ditekankan oleh ayahandanya sejak kecil. Untuk hal yang lebih konkritnya ia ingin membantu membangun pendidikan di kampung halamannya dalam jangka waktu dua sampai tiga tahun ke depan.
“Cita-Cita terbesar saya adalah menjadi seorang guru. alasannya adalah saya berangkat dari sebuah daerah perkampungan di kaki gunung patuha dimana perspektif masyarakat di sana terhadap pendidikan bisa disebut masih “tertinggal” banyak “kesakit hatian” yang saya rasakan ketika saya berada di kampung halaman melihat anak anak di sana dan bahkan teman sebaya saya sendiri yang putus sekolah dengan berbagai alasan yang dibawa, mulai dari ekonomi, sampai dipaksa untuk menikah oleh orang tuanya meskipun orang orang tersebut sangat berpotensi mulai dari akademik ataupun minat dan bakatnya,” papar bungsu dari tiga bersaudara.
Selain itu, sambung dia, karena ayahandanya merupakan seorang guru yang dahulu dimutasi ke pedalaman Banten, ia melihat sendiri bagaimana sebuah desa yang tidak mengenal pendidikan formal sebelumnya berubah menjadi desa yang bisa dibilang jauh lebih baik dibandingkan saat awal. Alasan alasan tersebutlah yang memotivasinya untuk menjadi seorang guru yang baik.
Lalu Apa Saja Kesibukan Fadil Saat Ini?
“Selain dari menjalani studi di kampus tercinta, saya juga mempunyai aktivitas lain seperti tergabung dalam ormawa di kampus tepatnya HIMABI STKIP Pasundan, lalu menjadi seorang sound engineer dan editor di Production House Pstche Disorder, dan pelatih Pramuka di dua sekolah di kampung halaman,” ujarnya.
Mengenai prestasi, jika berbicara tentang kejuaraan, lomba atau olimpiade, Fadil bercerita, ia pernah menjadi juara 3 speech competition di ajang Porseni (Pekan olahraga dan seni) Tingkat kabupaten untuk Madrasah Aliyah saat ia masih duduk di bangku SMA sederajat dahulu.
“Hal lain yang saya anggap sebagai prestasi adalah tentunya terpilih menjadi Ketua Himpunan, dan berhasil memproduksi sebuah short film di production house yang saya ikuti,” tuturnya.
Soal tokoh idola, Fadil mengatakan bahwa ia mengidolakan artis-artis asal Indonesia yang berhasil menembus pasar international. Seperti Rich Brian, Nikki, Agnez Mo, dan Stephanie Poetri.
“Mereka di mata saya adalah sebuah simbol dimana daerah asal, maupun latar belakang bukanlah menjadi sebuah penghalang untuk menjadi apapun yang diinginkan. Di samping dari mereka, saya juga sangat mengidolakan penulis asal belitung yaitu Andrea Hirata, yang tulisan dan kisah hidupnya yang berhasil membuat saya tergugah untuk mengejar apa yang memang saya inginkan tanpa memperdulikan bagaimana latar belakang dan darimana saya berasal,” tandasnya.
Adapun tentang orang yang menginspirasi, Fadil menyebut bahwa ia banyak terinspirasi dari ayahnya.
“Orang pertama yang musti saya sebutkan adalah ayahanda. mulai dari kerja kerasnya, bagaimana ia memperlakukan orang lain, tekad, hingga skill yang dimilikinya membuat saya selalu ingin terus berkembang dari hari ke hari,” ulasnya.
“Lalu kakak sepupu saya juga merupakan salah satu orang yang membentuk “Fadil” yang teman teman saya kenal saat ini, dia merupakan seorang yang bisa disebut “Jack of All trades”, apapun itu yang di lempar kepadanya dia akan mencoba mempelajari nya, dari dia juga saya mendapatkan basic skill dalam hobi yang saya tekuni seperti fotografi dan video editing,” tutur penyuka Cokelat ini.
Fadil menambahkan bahwa alasan mengapa seseorang yang menginspirasinya bukanlah tokoh terkenal, jawabannya adalah bahwa jika ia ingin terinspirasi, ia harus benar benar mengenal orang tersebut, bagaimana dia berproses hingga bisa menjadi seseorang yang ia lihat. bukan hanya bergumam “ingin seperti dia”
Makna Hidup dan Sumber Inspirasi Fadil
“Adapun sumber inspirasi saya, sebagai manusia, kita sangatlah beruntung diberi kehidupan, dan menjalani kehidupan itu sendiri merupakan sebuah keberuntungan. Saya tidak akan rela untuk membiarkan kehidupan tersebut hanya lewat begitu saja,” ulasnya.
Setiap harinya sambung Fadil haruslah ada sebuah progres dimana kita harus menjadi lebih baik dari sebelumnya dalam hal apapun itu. Waktu, Masa, kehidupan terlalu berharga untuk disia-siakan.
Makna Hidup bagi Fadil adalah proses dimana seorang manusia untuk menjadi lebih baik.
“Alasan untuk saya bisa semangat dan “survive” setiap harinya adalah tentunya keluarga saya di kampung halaman, setiap saya membuka pintu dan berangkat ke tempat dimana saya belajar, banyak harapan dari keluarga yang memang terpikul di pundak,” ungkap pemfavorit warna Hitam, Putih dan Abu-abu.
Keinginan Fadil untuk menjadi lebih baik juga menjadi salah satu faktor yang memang membuatnya bisa semangat setiap harinya. Namun ketika ia lelah menjalani rutinitas sehari hari, membaca kembali buku ketiga dari tetralogi laskar pelangi berjudul “edensor” bisa membuat saya mendapatkan kembali semangat yang terkuras di hari tersebut.
“Terakhir saya juga ingin menyampaikan, mengingat tanggung jawab saya sekarang sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Pasundan, saya sangat berkeinginan untuk mengembangkan organisasi yang saya pimpin dalam hal hubungan luar negeri nya, entah itu bentuknya sebuah jalinan kerjasama atau pun kolaborasi, khususnya dengan ormawa-ormawa di perguruan tinggi dibawah YPT Pasundan dan umumnya dengan organisasi manapun yang memang bersifat positif,” pungkasnya. (tiwi)