CIMAHI, WWW.PASJABAR.COM– “Jika sesuatu yang kamu senangi tidak terjadi, maka senangilah apa yang terjadi,” itulah motto dari Nur’aini Mahasiswi STKIP Pasundan, jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Semester IV.
Nuy begitu ia akrab disapa mengatakan bahwa motto hidupnya itu diambil dari salah satu kalimat yang di ungkapkan oleh salah satu khalifah Ali bin Abi Tholib.
“Dari quote itu saya jadikan motto karena menjadikan saya lebih bersyukur dengan keadaan yang saya alami dan bisa menerima dengan ikhlas semua yang terjadi dalam kehidupan saya,” tuturnya yang lahir di Bandung 30 Januari 2002.
Nuy juga bercerita bahwa ia bercita-cita menjadi seorang guru. Karena jasa dan peran seorang guru sangat besar menurutnya terutama bagi bangsa Indonesia.
“Bukan hanya itu alasan saya ingin menjadi guru karena terinspirasi dari film yang saya tonton. Waktu itu saya pernah menonton sebuah film yang berlatar belakang kondisi pendidikan di wilayah-wilayah pelosok Indonesia. Nah dalam film itu diperlihatkan jelas bagaimana perjuangan seorang tenaga pendidik dalam mengajarkan ilmu kepada anak- anak di sekolah,” tuturnya.
“Hal tersebut menarik saya untuk terjun ke dalam dunia pendidikan dan bercita-cita menjadi seorang guru,” imbuhnya.
Soal hobi, penfavorit warna cokelat, mocca, sage green ini bercerita bahwa ia suka membaca novel, menonton film dan bernyanyi.
“Saya suka bernyanyi karena saya ingin mengembangkan Kemampuan saya di bidang tarik suara, untuk alasan selanjutnya yaitu ketika saya menyanyi, itu bisa menjadi salah satu alternatif saya dalam mengekspresikan perasaan saya saat itu,” tandas penyuka makanan pedas ini.
Peraih juara 3 akustik bersama teman-temannya dalam kegiatan Gebyar Ramadan ini juga mengatakan bahwa selain berkuliah ia juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan dalam organisasi kampus dan tidak lupa membantu pekerjaan rumah.
“Untuk tokoh idola saya mengagumi sosok Presiden Indonesia yang ke-3 yaitu B.J Habibie. Alasannya karena menurut saya beliau adalah seorang tokoh yang sangat menginspirasi karena memiliki semangat dan pantang menyerah serta keberanian yang luar biasa ketika beliau memperjuangkan cita-cita dan harapannya. Dari beliau saya belajar bahwa segala sesuatu itu di dapatkan dengan usaha dan kerja keras,” tandasnya.
Adapun tentang sosok yang menginspirasinya, Nuy mengatakan bahwa ayahnya selalu menjadi teladan serta menjadi panutan baginya.
“Ayah saya itu orang yang sangat bertanggung jawab dan selalu memberikan contoh baik kepada saya dan saudara saya yang lain,” ungkapnya.
Pemilik tinggu 168 CM ini mengatakan bahwa hidup yang ia maknai adalah bukan seberapa banyak kita mendapatkan kebaikan dari orang lain, tetapi kita harus bisa memberikan kebahagiaan lebih kepada orang lain.
“Makna hidup bagi saya yang pertama yaitu kita diciptakan oleh Allah SWT itu sama. Jadi sesama makhluk hidup perlulah kita saling menghargai dan menjaga apalagi kita sebagai manusia adalah makhluk sosial, yang saling membutuhkan satu sama lain,” ulasnya kepada PASJABAR, Senin (13/6/2022).
Sementara itu, hal yang selalu membuat Nuy bersemangat dalam menjalani hidup adalah kerja keras dan kasih sayang dari orang tua.
“Jangan kaget ya, saya anak kedua dari sepuluh bersaudara. Alhamdulillah saya punya banyak saudara jadi gak sepi kalo di rumah hihi,” ucapnya.
“Orang tua selalu mendukung dan mereka adalah support sistem paling besar bagi saya. Kemudian apa pun yang saya lakukan selama itu baik, saya akan enjoy menjalaninya,” ulasnya.
Terakhir Nuy pun berharap agar bisa menjadi pribadi yang lebih mandiri dan berani.
“Harapan untuk diri saya pribadi, semoga saya bisa lebih mandiri lagi, lebih berani lagi, lebih sabar lagi dan harus bisa lebih baik lagi dari hari-hari sebelumnya. Kemudian untuk harapan bersamanya semoga kita bisa lebih menghargai waktu, sahabat, dan keluarga kita. Dan saling memperkuat sikap toleransi antar sesama manusia,” pungkasnya. (tiwi)