PASJABAR

Mengapa Hutan Mangrove Penting? Ini Penjelasannya

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM Peringati hari Lingkugan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jabar Berkolaborasi dengan Yayasan Wanadri, PT Migas Hulu Jabar dan beberapa instansi lainnya mengadakan Forum Group Discusion (FGD) dengan Tema “Restorasi Ekosistme Mangrove di Pesisisr Utara Desa Mayangan Kabuaten Subang”.

Acara yang digelar secara hybrid tersebut menghadirkan berbagai pihak seperti Menteri Lingkungan Hidup Ke 2 RI, Sarwono Kusumaatmadja, Kepala BNPB 2019-2021 Doni Monardo, Kepala DLHK Jabar Prima Mayaningtias, Ketua Yayasan Wanadri Tri Wahyu Murni, dan hadir secara daring Sekda Provinsi Jabar Setiawan Wangsaatmadja. Selain itu, acara juga dihadiri beberapa narasumber dari ITB dan UNPAD.

Ketua Yayasan Wanadri Tri Wahyu Murni mengatakan, pihaknya menyadari harus lebih focus terhadap keberadaan hutan mangrove di Jawa Barat. Hal ini dimulai dengan Pesisir Utara Desa Mayangan, Kabupaten Subang.

“Kenapa kami memilih kawasan ini, karena kami sering melakukan kegiatan di sini, dan dari tahun ke tahun ketika kami melakukan penyusuran sungai memang seperti ada pergeseran,” katanya.

Tri mengatakan ratusan hutan mangrove tergerus sejauh 1,5 kilometer setiap tahunnya. Karenanya, dibutuhkan perhatian khusus terhadap hutan mangrove ini, dengan tujuan membentuk green belt di Kawasan Pantura.

Sementara itu, Kepala DLH Provinsi Jabar Prima Mayaningtias mengatakan, FGD kali ini merupakan rangkaian acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tingkat Provinsi Jabar, dengan tema only one earth.

Prima mengatakan 61 persen hutan mangrove di Jabar kondisinya sangat memprihatinkan. Sekitar 40 persen mengalami degradasi, 245 hektare terumbu karang di Subang.

“Kita harus sadar bagaimana mangrove sebagai paru-paru dunia dan habitat biota laut yang lainnya, juga punya nilai ekonomi yang sangat tinggi,” kata Prima

Prima berharap di momentum ini bisa menumbuhkan kesadaran dan kepedulian dalam aksi nyata di Jabar. Karena untuk melestarikan hutan mangrove dibutuhkan dukungan semua pihak secara konsisten

Prima menegaskan kenapa program pesisir menjadi lokus, karena tutupan hijau di kawasan tersebut sedikit-sedikit menghilang.

Sementara itu mantan Menteri Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja mengatakan, ketika populasi meningkat karbon juga meningkat, pelepasan energi kalor meningkat.

“Per bulan Juni ini, penduduk dunia mencapai 8 miliar jiwa dan penambahan terbesar terjadi beberapa tahun belakangan ini,” tegasnya.

Karena itulah dibutuhkan keseimbangan antara lingkungan hidup dan populasi manusia.

Salah satunya adalah dengan cara konsen terhadap keberadaan hutan mangrove. Meski demikian manfaat dari penanaman kembali hutan mangrove ini tidak bisa dirasakan dalam waktu dekat, setidaknya dibutuhkan sekitar 20 tahun untuk bisa merasakan manfaatnya.

Melibatkan masyarakat

Sekjen Masyarakat Agrikultur Indonesia Denny Indrayana mengatakan, untuk bisa mempertahankan hutan mangrove harus melibatkan semua pihak termasuk masyarakat dan pemuka agama.

“Kalau kita tidak melibatkan masyarakat maka sekarang kita menanam pohon mangrove jangan harap besok masih ada,” katanya.

Masyarakat juga perlu diingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Karena semua akan bermuara ke laut, dan sampah yang paling banyak ditemukan di laut adalah sampah plastik bungkus rokok dan sampah filter rokok.

“Kalau kita biarkan terus begini maka lama-kelamaan di laut akan lebih banyak sampah dibandingkan dengan ikan,” ucapnya.

Masyarakat juga harus diberikan pemahaman, hutan mangrove juga bisa mempunyai nilai ekonomi bagi mereka. Selain sampah plastic, air polusi juga bisa menjadi masalah.

“Kepada ulama kita meminta untuk mengingatkan umat bahwa yang perlu dijaga bukan hanya hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia, namun juga hubungan bersama alam,” tegasnya.

Harus disadari bahwa keberadaan hutan mangrove bisa mencegah perubahan iklim, hutan mangrove juga bisa menjadi salah satu penyedia sumber makanan ikan.

Hutan mangrove juga bisa mencegah kematian ikan massal karena senyawa toksik yang diakibatkan oleh sedimen yang muncul di permukaan. Keberadaan hutan mangrove bisa menetralisir senyawa toksik sehingga tidak ada kasus kematian ikan massal. (put)

 

Yatni Setianingsih

Recent Posts

Selena Gomez Ungkap Alami SIBO, Ini Penjelasan Ahli

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Selena Gomez baru-baru ini mengungkapkan bahwa dirinya mengalami masalah pencernaan yang disebut…

4 jam ago

Jalur Alternatif Bandung-Garut Kembali Lancar Usai Pohon Tumbang

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Polres Garut memastikan arus lalu lintas di jalur alternatif Bandung-Garut, wilayah Kamojang,…

5 jam ago

Erick Thohir: Dukungan Swasta Kunci Transformasi Sepak Bola Nasional

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para sponsor…

6 jam ago

Kementerian PPPA Targetkan UPTD PPA di Semua Daerah pada 2025

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menegaskan pentingnya peran pemerintah daerah…

7 jam ago

Riksa Latifah Melakukan Hobi Sambil Mengejar Mimpi

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM-- Menjalani hari-hari dengan hal positif, adalah hal yang dilakukan oleh Riksa Latifah, yang…

8 jam ago

Banjir Meluas di Kabupaten Bandung, 12.250 Keluarga Terkena Dampak

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Banjir yang melanda di Kabupaten Bandung sejak Rabu, 20 November hingga Minggu…

8 jam ago