BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Mahasiswa UGM Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan 2000 (FKKMK), Rifkanisa Nur Faiza, berhasil mengharumkan nama UGM di tingkat internasional.
Rifkanisa bersama dengan rekan kerja yakni tim Erudite dari Universitas Sam Ratulangi, dan UI berhasil meraih juara 1 kategori Poster Ilmiah dari kompetisi Asian Medical Students’ Conferences (AMSC) 2022 di Korea University, Seoul pada 17-23 Juli 2022.
Mahasiswa UGM ini menjelaskan AMSC 2022 merupakan kompetisi yang diperuntukan bagi kedokteran di Asia. Pada kompetisi tahun ini diikuti tim-tim kuat dari 28 negara di kawasan Asia Pasifik dan Oceania.
Sebelum melaju di babak final, ia mengatakan bahwa timnya harus bersaing dengan peserta lainnya di tingkat nasional dalam Pre Conference Competition AMSC 2022 dan berhasil mendapatkan peringkat pertama. Selanjutnya mewakili Indonesia di tingkat internasional.
“Di tingkat internasional diseleksi lagi dan 9 terbaik berhak mengikuti final untuk mempresentasikan gagasannya. Sembilan terbaik ini merupakan tim yang berasal dari Inggris, Thailand, Indonesia, India, Singapura, serta Korea Selatan,” ungkapnya.
Rifkanisa memaparkan timnya terpilih menjadi juara dengan mengajukan karya berupa systematic review & meta-analysis dengan judul Breaking Through Barriers on Improving Balance and Gait in Parkinson’s Disease: A Systematic Review and Meta-Analysis of Virtual Reality Telerehabilitation.
Penggunaan Virtual Reality (VR)
Ia menjelaskan dalam karya yang mereka ajukan menekankan pada penggunaan Virtual Reality (VR) Telerehabilitation untuk meningkatkan keseimbangan dan gaya berjalan pada pasien Parkinson’s Disease (PD).
Mengapa tim ini mengajukan usulan tersebut? Rifkanisa menyampaikan bahwa penyakit Parkinson (PD) adalah gangguan neurodegeneratif & gerakan paling umum secara global dengan prevalensi meningkat 155,5 persen dalam 20 tahun.
Karenanya mereka tergerak untuk berkontribusi membantu mencarikan solusi terapi bagi penderita penyakit tersebut.
Ia menyebutkan upaya rehabilitasi dini bermanfaat untuk meningkatkan fungsi motorik, kontrol postural, keseimbangan, dan kekuatan pasien parkinson.
Sementara rehabililtasi dengan telerehabilitasi VR bisa lebih menghemat biaya dan waktu dan meningkatkan akses ke rehabilitasi klinis. Selain itu, cara ini juga memiliki efektivitas layaknya perawatan tatap muka.
Dari beberapa penelitian sebelumnya dikatakan Rifkanisa jika pasien parkinson dengan VR Telerehabilitiation secara signifikan memiliki peningkatan keseimbangan, gaya berjalan, dan kualitas hidup yang lebih baik daripada rehabilitasi konvensional. Berbagai rangsangan dalam VR dapat meningkatkan sensitivitas organ sensorik dan rangsangan ritmik dapat mengganggu gangguan irama sistem saraf, meredakan kejang otot, dan meningkatkan pusat perbaikan postural.
Selain itu, adegan buatan dalam VR membuat proses perawatan menjadi menyenangkan, meningkatkan optimisme, pengalaman, dan kepatuhan pasien.
“VR juga menggunakan aktivitas sehari-hari sehingga lebih relevan untuk meningkatkan kualitas hidup dan fungsi sehari-hari,” pungkasnya. (*/ran)