BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Ingin menjadi penerus bangsa yang bisa mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran, serta memberikan inovasi dan kontribusi untuk membangun negeri adalah harapan dari Duta Kampus FH Unpas, Pikri Pirdaus yang akrab disapa Bale.
“Saya ingin menjadi pemuda yang kompetitif. Karena generasi bangsa harus memiliki karakteristik dan kemampuan yang berdaya saing tinggi dan mampu membawa bangsa Indonesia bersaing dengan bangsa-bangsa lain,” terang pemuda kelahiran Ciamis, 4 Desember 1999.
Maka tidak salah jika mahasiswa Universitas Pasundan, Fakultas Hukum Jurusan Ilmu Hukum, semester VII ini juga melibatkan dirinya dalam bergaram hal positif seperti di organisasi internal kampus sebagai Ketua Komisi 1 Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum dan Pasanggiri dan menjadi bagian dari Duta Kampus Universitas Pasundan.
Di samping itu, Bale juga menjadi ketua Komisariat IMA AMS Komisariat Unpas, Ketua Kompartemen Partnership Himpunan Pengusaha Muda Indonesia PT UNPAS serta anggota Ikatan Alumni Ponpes Darul Muwahhidin.
“Untuk hobi saya senang membaca, karena membaca adalah kewajiban untuk mahasiswa, dengan membaca buku kita bisa menambah wawasan dan melatih otak agar bisa berpikir kritis dan positif. Agar terhindar dari pikiran negatif yang bisa menyebabkan dosa kepada saya, melukai orang lain, bahkan tanpa sadar Tuhan juga ikut serta. Kenapa? Karena karya yang Tuhan beri kepada kita tidak digunakan dengan baik, yaitu akal,” terangnya.
Bale yang saat ini berjualan sayuran di pasar Induk Caringin juga bercerita bahwa ia hobi berolahraga khususnya futsal dan Muay Thai untuk menerapkan gaya hidup sehat.
“Dengan berolahraga kita bisa mendapatkan sejuta manfaat yang baik bagi tubuh. Selain itu, demi menjaga kesehatan fisik dan mental di hari tua,” terang pemfavorit warna Abu-abu dan penyuka Seafood.
Pemilik motto “Ngaji, Ibadah, Usaha” ini juga bercerita bahwa ia ingin menjadi orang yang sukses.
“Saya ingin sukses dan menurut saya itu cukup berat, karena suksesnya saya itu ketika negara dan agama bilang “anda sukses”. Kenapa saya bercita-cita seperti ini? Karena ini tentang titipan atau ketidakkekalan, Tuhan hanya menitipkan satu kekalan terhadap saya yaitu “Ruh”. Dengan demikian, apapun pekerjaan saya, saya hanya ingin bermanfaat bagi banyak orang dan saya juga ingin mendapat ridho dari Tuhan,” ucapnya kepada PASJABAR, Rabu (17/8/2022).
Bale juga mengatakan bahwa ia mengidolakan sosok Imam syafi’i karena darinya ia belajar untuk menjadi pemuda yang gigih dalam menuntut ilmu, serta tidak menyerah dengan setiap kesulitan. Bahkan kesulitan-kesulitan itu dijadikan sumbu yang memantik kesuksesan.
“Saya juga mengidolakan sosok Aristoteles, karena memotivasi saya agar bisa bertarung dan bertahan di zaman saya. Karena zaman gurunya yaitu Plato berbeda dengan zamannya Aristoteles. dengan begitu Aristoteles merupakan orang yang konsisten dalam mencari ilmu dan terus berkarya sampai melahirkan banyak karya dari berbagai jenis ilmu pengetahuan,” tuturnya.
Aristoteles juga, sambung Bale memotivasinya untuk mengamalkan ilmu yang telah di dapat dan tidak pelit ilmu untuk berbagi.
“Pada zaman dulu Aristoteles mempunyai murid yang bernama alexander agung. Berkat Aristoteles, Alexsander Agung di usianya yang masih sangat muda pada saat itu bisa menjadi raja yang paling hebat dalam sejarah,” tandasnya.
“Ah iya, saya juga banyak terinspirasi dari para guru yang telah mengajari saya, karena tanpa guru saya akan buta, bisu, tuli dan lumpuh,” tuturnya.
Pemilik tinggi 168 CM ini juga berkata bahwa hidup yang ia maknai adalah beribadah dan menghargai perbedaan.
“Karena orang yang mabuk agama bisa saling mencaci dan melukai itu patokannya surga dan neraka, bukan Tuhan. Nah orang yang mabuk dunia itu bisa saling mencaci dan melukai karena patokannya kemiskinan dan kekayaan, bukan ibadah. Dengan begitu manusia membutuhkan kata “aku” agar asa menjadi bisa, dan membutuhkan kata “Hamba” supaya kata “Aku” tak beku dalam pantauan-NYA. Karena sesungguhnya hamba adalah hamba dan Tuhan adalah Tuhan. Tidaklah bisa Hamba menjadi Tuhan dan Tuhan menjadi Hamba,” paparnya.
Sulung dari tiga bersaudara ini juga berkata bahwa ia selalu bersemangat dalam menjalani hidup karena saat ini memiliki aset yang sangat berharga yaitu “Usia Muda”.
“Menurut saya aset paling penting dan berharga itu bukan relasi orang tua, bukan juga kekayaan orang tua, tabungan yang banyak, dan lain lain. Dengan aset paling berharga ini yaitu “usia Muda” saya harus sungguh-sungguh dalam berinvestasi ilmu, investasi kesehatan, investasi amal, baru investasi penanaman modal atau uang untuk “survive” kelak di usia tua. Karena di usia tua tenaga dan pikiran tidak sekuat di usia muda,” tandasnya.
“Terakhir saya juga ingin menyampaikan sesuatu kepada pejabat di negara ini, ‘kata Tuan dan Puan negara kita indah layaknya surga dan kaya raya layaknya jutawan. Kata Tuan dan Puan negara kita adalah negara hukum dengan aturan yang selalu logis dan gagah, tapi kenapa? Masih ada saja para hati yang selalu menangis dan terjajah?” Pungkasnya. (tiwi)