Cianjur, WWW.PASJABAR.COM – Guna memantau dampak gelombang tinggi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, menyiagakan sekitar seratus relawan di tiga wilayah kecamatan di kawasan pantai selatan hingga beberapa hari ke depan.
Dilansir dari Antara News menurut Sekretaris BPBD Cianjur Rudi Wibowo di Cianjur, Rabu, anggota Relawan Tangguh Bencana (Retana) ditugasi memantau kondisi gelombang serta mencegah nelayan dan wisatawan mendekati kawasan pantai saat gelombang tinggi datang.
“Laporan yang kami dapat hari ini gelombang tinggi melanda Pantai Jayanti di Kecamatan Cidaun, Pantai Sereg dan Apra di Kecamatan Sindangbarang, dan Pantai Lugina di Kecamatan Agrabinta. Ketinggian gelombang mencapai lima meter,” katanya.
Dia mengatakan bahwa warga dan nelayan yang tinggal di sekitar kawasan pantai sudah diimbau agar segera mengungsi jika air laut sampai meluap ke daratan
Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi Bisa Datang Dalam Beberapa Hari Ke Depan
Rudi menekankan pentingnya peningkatan kesiapsiagaan mengingat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprakirakan cuaca ekstrem dan gelombang tinggi bisa datang dalam beberapa hari ke depan.
“Di pantai selatan tidak berisiko terjadi tsunami, namun kewaspadaan tetap harus ditingkatkan. Warga, terutama nelayan, sudah jeli membaca tanda alam dan diminta segera mengungsi ketika melihat tanda alam akan terjadinya bencana,” katanya.
Seorang nelayan di kawasan Pantai Sereg di Kecamatan Sindangbarang, Rahmat Efendi, mengatakan bahwa dalam sepekan terakhir nelayan berhenti melaut. Hanya mencari ikan di daerah pinggiran perairan menggunakan jaring karena kondisi cuaca tidak mendukung.
“Hari ini gelombang yang terjadi cukup tinggi, mencapai lima meter, sehingga rentan terjadi kecelakaan laut. Tidak ada nelayan yang berani melaut. Cuaca seperti ini merupakan siklus tahunan, sehingga selalu diwaspadai nelayan dan warga di pesisir,” katanya.
Potensi Bencana Hidrometeorologi Meningkat Pada Juli-September
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut potensi bencana hidrometeorologi meningkat pada bulan Juli hingga September 2022.
“Potensi bencana juga semakin meningkat pada periode Juli, Agustus dan mungkin awal September nanti kita akan ada pergeseran, di mana pada waktu yang bersamaan kita akan mengalami baik itu hidrometeorologi basah, banjir banjir bandang tanah longsor, sekaligus juga hidrometeorologi kering, kebakaran hutan dan kekeringan,” ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam disaster briefing daring diikuti di Jakarta, Senin.
Potensi tersebut, kata Abdul, sudah mulai terlihat dari dari data BNPB pada 18-24 Juli 2022. Minggu sebelumnya frekuensi banjir masih lebih besar daripada kebakaran hutan kekeringan. Justru di minggu ini mulai bergeser dengan frekuensi kejadian kebakaran hutan lebih sering daripada banjir.
Masyarakat diminta tetap siaga dan waspada di daerah-daerah yang rawan kebakaran hutan, juga pada daerah-daerah yang rawan banjir.
BNPB secara frekuentatif atau secara berkala mengirimkan pesan-pesan kesiapsiagaan peringatan dini dan upaya-upaya mitigasi yang harus dilakukan kepada pemerintah daerah.
Namun Abdul mengatakan hal yang paling penting sebenarnya adalah kesiapsiagaan masyarakat. Misalnya pada masyarakat yang berada di sepanjang aliran sungai, atau masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah yang dekat dengan tebing dengan kecuraman yang tinggi. (Nis)