Yogyakarta, WWW.PASJABAR.COM – Tim Gama Future UGM berhasil meraih Winner of Water, Sanitation & Hygiene Theme pada Circular Innovation Challenge 2022 The School of Global Studies, Thammasat University, Thailand.
Tim Gama Future UGM beranggotakan Ryan Fariza Akmal (DTSL), Aizna Syachkalita (DTSL), Abdul Fattah Bima Rizqi Purwanto (DTSL), dan Zahra Aisya Rosa Febriyaningtyas (DTK).
Kompetisi dimulai dengan Ideation Bootcamp pada 9-10 Juli 2022, kemudian idea submission pada 23 Juli 2022, dan diakhiri final pitching (presentation) pada 6-7 Agustus 2022.
Kompetisi tingkat regional (Asia Tenggara) ini diikuti tim dari Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, Vietnam.
Rian memaparkan bahwa Tim Gama Future UGM mengajukan karya Hydro Cubes.
Karya ini bermula dari kekeringan yang sering terjadi di banyak daerah di Asia Pasifik, salah satunya adalah Gunungkidul Yogyakarta.
Gunungkidul berada di topografi karst gunungsewu.
Pada daerah ini muka air tanah bisa mencapai 60 – 120 m atau lebih di bawah permukaan tanah.
Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kemampuan tanah untuk menahan air.
Kondisi ini memicu bencana kekeringan terutama di musim kemarau.
Kekeringan tersebut berdampak pada 129.788 orang dari 772.983 masyarakat Gunungkidul.
Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, Tim Gama Future UGM berinovasi dengan sebuah ide bernama HYDRO CUBES.
Produk ini mampu meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air.
Hydro Cubes dapat dimanfaatkan pada bidang pertanian.
“Kami menggunakan material kayu sisa industri sebagai bahan utama produk kami. Pemilihan bahan utama ini telah mempertimbangkan aspek kegunaan, ketersediaan, keberlanjutan, dan juga biaya. Inovasi ini memungkinkan untuk penyelesaian 2 masalah sekaligus: permasalahan kekeringan serta limbah kayu,” ungkap Rian, Rabu (28/9).
Hydro Cubes Memiliki Manfaat Untuk Meningkatkan Kemampuan Tanah
Rian menjelaskan Hydro cubes memiliki manfaat untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air.
Hydro cubes digunakan dengan cara menyebarkannya di dalam area tahan (pertanian) sasaran sebanyak 10-20 buah per meter persegi.
Setelah itu, hydro cubes akan menyerap dan menahan air (air hujan maupun dari penyiraman) untuk tetap di tanah bagian atas.
Kondisi ini akan membantu meningkatkan kandungan air sehingga dapat diserap oleh tumbuhan saat tidak terjadi hujan atau penyiraman.
Jika dibandingkan dengan beberapa inovasi lain dalam penyelesaian kekeringan di Gunungkidul maupun dengan produk sejenis lain di pasaran, hydro cubes memiliki beberapa keunggulan, yaitu harganya yang murah, terbuat dari bahan organik, serta memanfaatkan material sisa.
“Kami berharap agar ide kami dapat benar-benar mampu untuk mengatasi permasalahan kekeringan yang terjadi di Gunungkidul setiap tahunnya. Kami juga berharap dengan kompetisi ini dapat meningkatkan kemampuan pribadi kami sehingga dapat berinovasi lebih baik lagi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kami,” tutur Ryan. (*/Nis)