PASNUSANTARA

Film jadi Media Belajar Tepat Soal Perbedaan Budaya

ADVERTISEMENT

JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM – Film merupakan media yang tepat untuk belajar dan berdiskusi soal perbedaan budaya dan toleransi.

Hal mengenai film sebagai media belajar dikatakan oleh Pamong Budaya Bidang Perfilman di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Pandu Pradana, Rabu (5/10/2022) kemarin.

“Hal tersebut senada dengan banyaknya isu terkait masyarakat muslim di berbagai belahan dunia yang mulai mencuat. Baik di negara-negara di mana Muslim menjadi mayoritas maupun minoritas,” kata Pandu.

Dilansir dari ANTARA, Pandu menyebut kesalahpahaman akan masyarakat muslim pun semakin nyata. Perbedaan dan kesalahpahaman ini adalah kesenjangan budaya yang dapat dijembatani melalui mengenalkan soal perjuangan, harapan, dan keindahan budaya masyarakat muslim yang berbeda di seluruh dunia, salah satunya melalui film dan festival film.

Pandu berpendapat bahwa kaum muslim kini mendapat perhatian global atas segala alasan yang beragam. Mulai dari kekejaman yang mengatasnamakan agama, perselisihan, hingga informasi teologis.

“Sementara, ada fakta jelas namun terabaikan, bahwa masyarakat muslim di seluruh dunia menonjolkan praktik budaya yang beragam, kultur yang berbeda. Sayangnya, masyarakat seperti ini terisolasi satu sama lain karena sejumlah faktor seperti geografis, politik, dan ekonomi,” ujar dia.

“Film merupakan bingkai dari realitas sosial untuk memahami apa yang terjadi di dunia ini. Festival film pun merupakan sarana edukatif, masyarakat dapat melihat dunia Islam yang penuh warna dan tampak bergejolak di sana sini dengan tenang dan reflektif,” sambungnya.

Pandu menambahkan isu soal perbedaan dan intoleransi pun menjadi perhatian khusus bagi Kemendikbudristek,

Dia juga menyebut bahwa Mendikbudristek Nadiem Makarim menyoroti dunia pendidikan Indonesia yang mengalami tantangan besar, yakni soal perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.

“Tak hanya menghambat terwujudnya lingkungan belajar yang baik, hal-hal ini juga memberikan trauma yang bertahan untuk anak, untuk seseorang,” kata Pandu.

Menurut dia, isu-isu sosial seperti ini masih relevan dan perlu disuarakan lebih keras melalui banyak media, termasuk sinema. (ran)

Nurrani Rusmana

Recent Posts

PKM Unpas Bantu Sukseskan Kampung Inspirasi Lewat Aplikasi Pengelola Sampah

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - RW 17 Desa Jatiendah, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, dikenal sebagai "Kampung Inspirasi"…

1 jam ago

Modal Persija Memburu 3 Poin di Si Jalak Harupat

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persija Jakarta mengusung misi 'mewah' saat dijamu Persib Bandung dalam lanjutan Liga…

1 jam ago

Head to Head Persib Vs Persija: Tak Ada yang Dominan

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung akan menghadapi lawan berat dalam lanjutan Liga 1 2024/2025. Kali…

3 jam ago

Proses Naturalisasi Mees Hilgers dan Eliano Reijnders Dikebut Agar Bisa Melawan Bahrain dan China

WWW.PASJABAR.COM -- Proses naturalisasi Mees Hilgers dan Eliano Reijnders dikebut guna bisa bermain melawan Bahrain…

4 jam ago

Seminggu Krusial bagi Mees Hilgers dan Eliano Reijnders

WWW.PASJABAR.COM -- Proses naturalisasi segera selesai untuk Mees Hilgers dan Eliano Reijnders, Erick Thohir menegaskan…

4 jam ago

Petugas Masih Evakuasi Bangunan Warga Terdampak Gempa

KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Lima hari paska gempa, petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri dan…

6 jam ago