Bandung, WWW.PASJABAR.COM – Peneliti bidang mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Asri Peni Wulandari, PhD., berkolaborasi dengan sejumlah mitra mengembangkan rami sebagai bahan tekstil fungsional.
Salah satu penelitiannya adalah untuk pakaian tahan api.
“Kita sekarang sedang fokus ke tekstil fungsional,” kata Asri dalam acara “Hard Talk” yang diselenggarakan atas kerja sama Direktorat Riset dan Pengabdian pada Masyarakat dengan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad secara daring, Selasa (18/10/2022).
Untuk membuat pakaian tahan api, kain yang sebelumnya telah dibuat kemudian dilapisi dengan suatu bahan kimia sehingga menjadi tahan api.
Kain ini telah diuji coba didekatkan dengan sumber api dan menunjukkan bahwa kain tidak terbakar.
“Sudah kita anggap aman dalam proses risetnya,” ujar Asri.
Menggunaan Sistem Fabrikasi
Dalam penelitiannya, Asri bersama tim menguji coba sistem fabrikasi dari hulu ke hilir.
Mulai dari budi daya, pembuatan serat rami, benang, dan kain, hingga merealisasikan menjadi pakaian fungsional.
Penelitian ini mendapatkan pendanaan dari Matching Fund tahun 2022.
“Mimpi kami adalah kita akan membangun sistem manufaktur rami. Dari hulu sampai akhir. Jadi benar-benar terintegrasi,” kata Asri.
Selain pakaian tahan api, Asri dan tim juga mencoba mengembangkan pakaian untuk fungsi lain, di antaranya adalah untuk tahan peluru.
Nilai Fungsional Jadi Prioritas
Asri mengatakan bahwa prioritasnya adalah membuat pakaian yang memiliki nilai fungsional tertentu yang saat ini bahan bakunya masih impor dan harganya mahal.
Ke depannya, penelitian juga akan dikembangkan untuk kepentingan pemenuhan fungsi fesyen di Indonesia.
Penelitian mengenai rami sendiri telah dilaksanakan Asri sejak sekitar 10 tahun lalu.
Mulanya ia melihat fenomena minimnya alternatif serat alam untuk bahan baku pakaian selain kapas.
Dengan mencari alternatif serat alam lain, diharapkan impor kapas akan menurun.
Teknologi Pembuatan Rami Mahal
Asri pun melihat bahwa teknologi pembuatan rami menjadi kain terbilang mahal.
Dengan keilmuannya di bidang mikrobiologi, ia meneliti penggunaaan mikroba untuk biodegumming sehingga proses pembuatan kain rami menjadi lebih murah tetapi berkualitas.
“Kita berusaha untuk mencari serat alternatif yang bisa dibudidayakan lokal kemudian yang artinya potensinya juga harus kita kembangkan ke arah bagaimana kita bisa mandiri sandang dengan produk bahan baku yang dari Indonesia,” kata Asri.
Asri mengungkapkan bahwa di Unpad, sudah ada kolaborasi peneliti terkait rami dari berbagai bidang studi.
Konsorsium penelitian rami pun sudah berjalan di Indonesia.
Ke depannya, Asri berharap akan lebih banyak lagi dukungan termasuk kebijakan pemerintah dan invenstor untuk mendukung keberhasilan rami dalam sistem manufaktur.
“Kita ingin juga ada bantuan dari pemerintah atau dari banyak investor yang terlibat langsung supaya proses pengembangan dari rami ini bisa berlangsung jadi skala industrial,” harapnya. (*/Nis)