BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Ada banyak pahlawan yang berjasa untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Mereka berlatar belakang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Pahlawan nasional tersebut sebagian besar berasal dari Jawa Barat.
Pada Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November ini, berikut 6 pahlawan nasional yang berasal dari Jawa Barat yang Pas Jabar telah rangkum dari berbagai sumber:
1. RE Martadinata
Laksamana TNI Anumerta Raden Eddy Martadinata atau RE Martadinata adalah salah pahlawan nasional yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Dia lahir pada 29 Maret 1921 di Lengkong Besar, Kota Bandung.
Semenjak kecil, dia berkeinginan menjadi pelaut. Pada 1 September 1944, dia berhenti dari pekerjaan awalnya sebagai guru tetap di Sekolah Tinggi Pelayaran (STP), di Jakarta, untuk menjadi Nakhoda Kapal Latih Dai 28 Sakura Maru.
Selama berkarier dirinya pernah mengemban 16 jabatan, mulai dari wakil komandan BKR Laut Jawa Barat pada Agustus 1945 hingga terakhir menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Republik Pakistan pada Februari 1966.
Perannya dalam kemerdekaan Indonesia adalah bertugas membendung tentara serikat ke Jawa Barat lewat jalur laut.
RE Martadinata juga menjadi salah seorang tokoh yang menyelesaikan konflik di tubuh Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) ketika munculnya dua pimpinan.
Saat itu dia menekankan bahwa perjuangan ALRI untuk membela negara dan bangsa. Oleh karena itu, jauhkan sifat ambisi pribadi.
2. Otto Iskandar Dinata
Raden Otto Iskandar Dinata atau yang lebih dikenal Otto Iskandar Dinata merupakan pahlawan nasional yang dijuluki Si Jalak Harupat. Pria kelahiran Bojongsoang pada 31 Maret 1987 ini adalah anak bungsu pasangan Raden Haji Adam Rahmat dan Siti Hidayah.
Otto menempuh pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung. Kemudian dia melanjutkan sekolah ke Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung. Setamatnya dari Kweekschool Onderbouw, Otto memilih Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah untuk melanjutkan studinya.
Otto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924. Kemudian, pada 1924, dia menjabat Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan. Otto juga aktif dalam organisasi Paguyuban Sunda.
Dia pernah menjadi anggota Volksraad (semacam DPR) pada masa Hindia Belanda untuk periode 1930-1941. Sedangkan pada 1942-1945, Otto menjadi Pemimpin Surat Kabar Tjahaja.
Otto memiliki andil dalam perumusan kemerdekaan dengan bergabung menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Sewaktu kabinet pertama Republik Indonesia terbentuk pada 1945, Otto menjabat sebagai Menteri Negara. Atas jasanya, Otto diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
3. Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika adalah seorang pahlawan wanita dari Jawa Barat. Dia lahir di Cicalengka, 4 Desember 1884. Wanita keturunan priyayi atau bangsawan ini memiliki ketertarikan di bidang pendidikan sejak kecil.
Dia pun dikenal seperti RA Kartini karena perannya untuk perjuangan emansipasi dan pendidikan wanita di sekitarnya.
Dewi Sartika sempat sekolah di Europeesche Lagere School. Tempat itu merupakan sekolah kelas satu yang ditujukan untuk anak para bangsawan. Namun, dia hanya dapat mengenyam pendidikan hingga kelas 3 setelah sang ayah diasingkan ke Ternate dan dirinya ikut sang paman.
Di tahun 1902, dirinya pindah ke Bandung. Dua tahun berselang, Dewi Sartika mendirikan Sakola Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Alasan pendirian Sakola Isteri karena Dewi Sartika melihat kemunduran yang terjadi pada wanita di sekitarnya pada masa tersebut.
Awalnya, sekolah itu diisi oleh 20 murid. Materi yang disampaikan bukan hanya membaca dan menulis, tetapi juga menjahit, merenda, hingga belajar agama.
Dalam 10 tahun, sudah ada 9 Sakola Isteri di Jawa Barat. Pada bulan September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.
4. KH Zainal Mustafa
KH Zainal Mustafa merupakan salah satu pahlawan nasional dari Jawa Barat. Pria kelahiran Tasikmalaya, 1 Januari 1899 ini anak pasangan petani. Hudaeni merupakan nama kecilnya, kemudian berganti menjadi Zainal Mustafa setelah menunaikan ibadah haji.
Pendidikan formalnya ditempuh di Sekolah Rakyat. Sedangkan untuk pendidikan agama, Zainal belajar dari gurunya di kampung. Ketika menunaikan ibadah haji, dia berkenalan dengan ulama terkemuka untuk tukar pendapat.
Setelah dari Tanah Suci, dia mendirikan pesantren Sukamanah di Kampung Cikembang. Kegiatannya pun tak terlepas dari syiar dan ceramah agama.
Zainal Mustafa adalah salah satu pihak yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda maupun Jepang. Tak jarang dia mendapat peringatan keras dari pihak Belanda maupun Jepang.
Dia bersama tiga ulama lainnya ditangkap pihak Belanda lantaran dituduh mempengaruhi pikiran rakyat dengan ideologi pribadi. Pada 6 November 1972, KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasar Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 064/TK/Tahun 1972.
5. Djuanda Kartawijaya
Ir H. Djuanda Kartawijaya lahir di Tasikmalaya, 14 Januari 1911. Dia merupakan anak pertama dari pasangan Raden Kartawijaya dan Nyi Monat. Sang ayah adalah seorang mantri guru di Hollandsch Inlansdsch School (HIS).
Djuanda menyelesaikan sekolah dasarnya di HIS. Kemudian pada 1929, dia masuk ke Technische Hoogeschool te Bandoend (THS) yang merupakan sekolah teknik di Bandung dengan mengambil jurusan Teknik Sipil.
Pada masa muda, Djuanda telah aktif mengikuti organisasi nonpolitik, yaitu Muhammadiyah dan Paguyuban Sunda. Dia juga sempat menjadi pemimpin sekolah Muhammadiyah.
Djuanda pernah menjabat sebagai Perdana Menteri ke-10 sekaligus sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I. Salah satu jasa yang diberikan Djuanda untuk Indonesia adalah Deklarasi Djuanda.
Deklarasi Djuanda yang dibentuk pada 13 Desember 1957 ini menjelaskan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Deklarasi Djuanda kemudian diresmikan menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Atas jasanya, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 244/1963 Ir. H. Djuanda Kartawijaya dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional.
6. Mohammad Toha
Mohammad Toha adalah komandan Barisan Rakyat Indonesia. Dirinya lahir di Desa Suniaraja, Bandung, pada tahun 1927.
Namanya dikenal sebagai pejuang yang memiliki jasa menghancurkan gudang amunisi tentara sekutu di peristiwa Bandung Lautan Api. Dirinya gugur di usia 19 muda dalam peristiwa tersebut. (ran)