BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Tiga puluh tahun berdiri, nasib Pasar Buku Palasari sekarang, mati segan hidup pun tak mau. Sejak pandemi Covid-19 hingga sekarang pengunjung Pasar Buku Palasari belum kembali pulih.
“Jadi berawal sejak awal pandemi diberlakukan PPKM, pasar ditutup total. Sehingga tidak ada pembeli yang datang sama sekali,” ujar Wakil Ketua Pedagang Buku Pasar Palasari Benny Arnanda kepada wartawan, Senin (30/1/2023).
Benny mengatakan, hal itu diperburuk dengan penjualan buku secara online, yang sekarang banyak dipilih oleh masyarakat.
“Beberapa masyarakat lebih memilih membeli secara online, karena harga lebih murah,” tuturnya.
Padahal, lanjut Benny, kualitas buku yang dijual secara online dan offline berbeda. Namun, melihat kemudahan, masyarakat lebih memilih berbelanja secara online.
Ditambah lagi, dengan kemajuan teknologi. Masyarakat sekarang bisa mengakses buku secara elektronik (e-book). Selain itu, kecepatan mengakses google yang membuat masyarakat lebih mudah mendapakan informasi apapun.
“Sekarang masyarakat tidak membutuhkan buku secara fisik. Informasi apapun mudah didapatkan memalui internet,” katanya.
Biasanya, lanjut Benny, pada Januari memasuki semester ke dua di setiap tahun ajaran, siswa mulai mencari buku pelajaran. Namun sejak tiga tahun lalu, tidak ada lagi keramaian di Pasar Palasari ini.
“Dulu yang datang ke sini bukan hanya warga Kota Bandung, tapi dari luar kota bahkan dari luar negeri juga memburu buku ke sini. Terlebih ketika di sini masih banyak buku langka,” kenangnya.
Ada juga, universitas atau dosen tertentu yang bekerjasama dengannya dan mewajibkan mahasiswanya untuk membeli buku dengan judul dan pengarang tertentu.
“Ya kalau dosen yang mewajibkan siswanya untuk membeli buku sekarang sih memang masih ada. Tapi memang sudah jarang,” tambahnya.
Pedagang Buku Palasari Berharap kepada Pemerintah
Ditemui di tempat yang sama, Ketua Pedagang Buku Pasar Palasari, Rukmawan mengatakan, yang bisa membantu para pedagang buku sekarang adalah kebijakan pemerintah, yang mewajibkan siswa untuk membeli buku.
“Kalau tidak ada intervensi dari pemerintah, akan sangat sulit untuk membantu Pasar Buku Palasari ini kembali bangkit,” tuturnya.
Menurut lelaki yang akrab disapa Wawan ini, nasib penjual buku di Palasari ada di titik terendah. Buku yang terjual di pasaran pun kini tidak jelas, karena tidak tahu apa yang dibutuhkan masyarakat.
Ketidak jelasan ini, membuat omzet mereka turun drastic. Jika dulu omzet per hari bisa mencapai belsan juta, sekarang hanya ratusan ribu saja.
“Sekarang, dalam sehari mendapatkan Rp200 ribu-Rp300 ribu saja sudah alhamdulillah,” terangnya.
Wawan berharap ada kebijakan dari pemerintah yangn bisa berpihak kepada para pedagang Pasar Buku Palasari. (put)