BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Sekolah sehat, aman, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan itulah tema festival Windy yang digelar Lion Indonesia di SMKN 1 Majalaya, Kabupaten Bandung pada Selasa (7/2/2023).
Adapun Festival ini bertujuan untuk menampilkan hasil implementasi program WINDY (Work Improvement In Neighbourhood Development for Youth) yang telah dilakukan di SMKN 1 Majalaya sejak tahun 2022.
Dalam kegiatan ini para siswa menampilkan karya- karya yang dibuat oleh siswa dalam mewujudkan sekolah sehat, aman dan nyaman.
Dalam Festival ini turut hadir Perwakilan dari Kantor Cabang Dinas (KCD) wilayah VIII, SMAK BPPK Bandung dan perwakilan dari TOSHC (Tokyo Ocupational Safety and Health Center) dari Jepang.
Kegiatan dimulai dengan menampilkan upacara adat oleh siswa SMKN 1 Majalaya. Seluruh warga sekolah bersorak, menyambut kedatangan Seluruh tamu undangan.
Dalam sambutannya Kepala Sekolah SMKN 1 Majalaya, Upie Indrakusuma menyampaikan program WINDY menjadi hal yang bermanfaat sebagai penunjang implementasi pelajaran K3LH (Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup ).
“Program WINDY mendukung mewujudkan budaya Industri di SMK, mengingat SMK sangat erat hubungannya dengan dunia kerja. dengan adanya program WINDY menjadikan siswa dapat mengimplementasikan K3LH menjadi budaya di lingkungan sekolah dan para siswa juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Berbagai karya dari barang bekas ditampilkan dalam Festival ini, Mulai karya dari bahan kertas, dus, dan botol plastik bekas sampai dengan karya-karya yang berasal dari sisa bahan praktikum, barang-barang yang sudah rusak seperti replika motor dari busi bekas, gantungan kunci dari bekas keyboard, reflector lampu dari dus bekas lampu, kursi dari botol bekas, dan masih banyak karya-karya yang lain.
Sementara itu, perwakilan TOSHC, Toyoki Nakao sangat mengapresiasi karya-karya yang dibuat oleh para siswa SMKN 1 Majalaya dengan adanya program WINDY.
“Ini melebihi ekspektasi saya, kegiatan ini sangat meriah sekali. siswa dan guru bekerjasama untuk menjaga lingkungan. Saya sangat senang bahwa program WINDY dapat memberikan dampak yang positif bagi lingkungan SMKN 1 Majalaya”, tuturnya.
Nakao juga menceritakan bagaimana WINDY dapat diimplementasikan di Vietnam,
“Di Vietnam, lebih dari 100 sekolah menerapkan program WINDY. Khususnya di daerah Mekong sebagai daerah tempat WINDY pertama di kembangkan. Perubahan yang terjadi sangat signifikan pada saat program ini mendapat dukungan dari pemerintahan Vietnam,” tambahnya menggunakan Bahasa Jepang yang di alih bahasakan oleh salah satu guru SMKN 1 Majalaya.
Festival dilanjutkan dengan kegiatan talkshow, turut hadir sebagai pembicara Jeny Marsaulina. Psi. komite PAOT dari SMAK BPPK Bandung dan Marcello perwakilan OSIS SMAK BPPK Bandung.
Mereka menceritakan bagaimana SMAK BPPK Bandung dapat mengimplementasikan WINDY di sekolah dan menjadikan program WINDY dapat berkelanjutan.
Marcello menyatakan sangat senang dapat di undang untuk hadir dalam kegiatan festival WINDY di SMKN 1 Majalaya dan juga mendapat inspirasi.
“Saya sangat senang menghadiri kegiatan ini, dengan adanya kegiatan ini saya juga bisa belajar dari temen-temen di SMKN 1 majalaya, dari karya-karya yang mereka buat. Sehingga kedepannya saya bisa kembangkan di SMAK BPPK” ujar Marcello.
LION Indonesia bekerjasama dengan TOSHC untuk mengimplementasikan metode PAOT (Participatory Action Oriented Training).
Sudah tiga tahun metode ini di implementasikan di tiga sekolah berbeda.
Pondok Pesantren Moderen Assurrur (2020-2021), SMAK BPPK Bandung (2021-2022), SMKN 1 Majalaya (2022-2023). Program ini dinamakan WINDY .
Program ini didukung oleh JFGE (Japan Found for Global Environment)/ Kementerian Lingkungan Hidup jepang.
Dalam Festival ini juga dikukuhkan Duta Lingkungan SMKN 1 Majalaya. Sebanyak 40 orang Siswa dikukuhkan langsung oleh kepala sekolah SMKN 1 Majalaya.
Duta Lingkungan ini diharapkan dapat menjadi teladan dan promotor untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan berkelanjutan.
Kegiatan Festival di akhir dengan kegiatan Fashion Show dari barang bekas.
Setiap kelas menampilkan berbagai kostum dari barang bekas yang mereka buat. Para siswa yang lain bersorak mengapresiasi kawannya yang sedang tampil berjalan di atas karpet merah.
Diiringi dengan musik para guru juga ikut memeriahkan sehingga membaut suasana begitu cair. (*/tiwi)